REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat antariksa Covenant tengah melangsungkan misi perjalanan luar angkasa. Mereka membawa lebih dari 2.000 penumpang yang sedang dalam mode tidur panjang ditambah ribuan embrio beku dalam inkubator.
Semua menanti tibanya pesawat di planet baru di ujung galaksi. Bertugas menjaga mereka adalah belasan orang tim astronot dan robot humanoid andal bernama Walter yang mengambil alih kendali saat semua awak beristirahat.
Haluan pesawat beralih ketika tim menjumpai sebuah planet yang terindikasi berpotensi dihuni layaknya Bumi. Sayangnya, alih-alih mendapatkan apa yang dicari, kru justru menghadapi bahaya mengerikan yang tidak terbayangkan.
Alien: Covenant adalah sekuel film alien keenam yang dihadirkan 20th Fox Century. Sinema fiksi ilmiah besutan sutradara Ridley Scott tersebut adalah sekuel dari Prometheus (2012) sekaligus prekuel dari film Alien klasik yang telah rilis 1979.
Film yang tayang di Indonesia mulai 10 Mei 2017 ini dibintangi Michael Fassbender, Katherine Waterston, Billy Crudup, Danny McBride, dan Demian Bichir. Naskahnya ditulis oleh John Logan dan Dante Harper, berdasarkan cerita oleh Jack Paglen dan Michael Green.
Bagi yang mengikuti seluruh sekuel atau minimal pernah menyimak salah satu film pendahulunya, Alien: Covenant tentu sangat dinanti. Saat ulasan ini ditulis, laman Rotten Tomatoes memberikan rating 75 persen, dengan 98 persen responden menyatakan ingin menonton.
Sebab, sekuel ini cukup banyak menjelaskan pertanyaan yang belum terjawab pada sejarah panjang film Alien. Mulai dari asal mula makhluk mengerikan, ekspedisi ilmuwan, kendali kecerdasan buatan, dan pertanyaan tak berkesudahan tentang penciptaan alam semesta.
Sutradara Scott piawai menghadirkan teror luar angkasa yang imajinatif serta ketegangan yang terbangun rapi. Akan tetapi, film untuk 17 tahun ke atas ini kurang cocok bagi yang benci keseraman atau semburan darah, dan yang sama sekali tidak tahu latar belakang film dapat terbingung-bingung dibuatnya.