Kamis 11 May 2017 15:52 WIB

Umat Islam Masih Punya Kekuatan di Bidang Ekonomi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ilham
Konsultan Keuangan Muhammad Syafi'i Antonio memberikan pemaparan saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan dalam rangkaian Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 yang digelar di Alhambra Multifunction Hall Kampus STEI Tazkia, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Konsultan Keuangan Muhammad Syafi'i Antonio memberikan pemaparan saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan dalam rangkaian Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 yang digelar di Alhambra Multifunction Hall Kampus STEI Tazkia, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Meksi sektor hulu dan hilir ekonomi nasional belum dikuasai, namun umat Islam masih memiliki kekuatan untuk itu. Ada kewajiban berjamaah yang harus dilakukan dengan kekuatan yang ada.

Rektor STEI Tazkia, Syafi'i Antonio menjelaskan, kalau hulu dan hilir ekonomi sudah dikuasai yang lain, umat Islam masih punya kekuatan daya beli dan kekuatan memilih di arena politik. Maka kedua kekuatan ini harus digunakan dengan benar agar tidak salah pilih dan tidak salah beli.

Indonesia punya kelas menengah dan kelompok usia muda yang besar. Di 2015-2035, populasi terbesar di Indonesia adalah milenial yang punya daya beli. ''Siapa yang manfaatkan? Bukan umat Islam. Nah, kita harus manfaatkan ini dengan produk dan layanan yang bagus,'' kata Syafi'i dalam Dialog Kebangsaan di forum Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 STEI Tazkia, Sentul, Kabupaten Bogor pada Kamis (11/5).

Muslim punya konsep fardhu kifayah. Selama ini, fardhu kifayah selalu identik dengan shalat jenazah, padahal bukan hanya itu. Menyelamatkan ekonomi syariah lebih dahsyat dari menyelamatkan anak kecil yang tenggelam.

Kalau Muslimah saat ini bisa menutup aurat dengan baju yang baik, maka mempunyai garmen bagi Muslim adalah fardhu kifayah. Muslim jadi produsen produk yang kompetitif kualitas dan harganya, itu fardhu kifayah umat Islam.

''Yang bisa umat lakukan adalah berjuang dengan semangat berjamaah,'' kata Syafi'i.

Umat Islam jangan fokus ke perbedaan, tapi berjuang pada yang jadi kesamaan. Semoga dengan berjamaah, umat Islam bisa bersama membangun ekonomi syariah. ''Insya Allah ekonomi syariah baik untuk semua,'' kaya Syafi'i.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement