REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Tim penjaga pantai Libya mencegat hampir 500 pengungsi yang menaiki perahu kayu dan mengembalikannya ke Tripoli pada Rabu (10/5) waktu setempat. Kapal tersebut mengangkut pengungsi yang akan bermigrasi ke Eropa.
Menurut video yang direkam oleh Sea Watch, sebuah organisasi non-pemerintah (LSM), menunjukkan kapal tim penjaga pantai itu hanya berjarak beberapa meter dari kapalnya. Mereka hendak mengadang kapal pengungsi tersebut.
Sedangkan juru bicara penjaga pantai Tripoli Ayoub Qassem insiden itu terjadi di sekitar 30 kilometer di utara pantai Libya. "Organisasi penyelamatan internasional yang disebut Sea Watch itu mencoba menghalangi pekerjaan petugas pantai kami untuk mmebawa kembali pengungsi. Menurut mereka Libya tidak aman bagi pengungsi itu," katanya, dikutip Middle East Monitor, Kamis (11/5).
Para migran yang putus asa itu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Situasi ini menjadi kacau ketika banyak pihak 'memperebutkan' mereka.
Selain dengan Sea Watch, Qassem mengaku petugasnya juga menghadapi penyelundup. Namun Qassem tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai penyelundup tersebut.
Sementara itu menurut juru bicara Sea Watch Ruben Neugebaur menyebutkan pihaknya telah mendapatkan instruksi dari pusat kendali penjaga pantai Italia di Roma. Seketika itu pula penjaga pantai Libya mengambil alih komando. Dan Sea Watch memilih berhenti untuk menunggu instruksi selanjutnya dari Roma.
"Tanpa peringatan apapun, mereka menyilangkan busur kami menuju kapal migran. Mereka melakukan manuver yang berbahaya. Mereka hampir menabrak kapal kami, membahayakan kru kami," ujarnya.
Libya merupakan titik keberangkatan utama bagi migran yang ingin mencapai ke Eropa melalui jalur laut. Para migran yang tinggal atau lewat di sana telah melakukan pelanggaran. Di mana negara itu sedang mengalami kekacauan karena perang saudara bertahun-tahun.
Berdasarkan perhitungan pada 2016 lalu, sebanyak 181 ribu migran berusaha mencapai Eropa. Dan angka itu naik 30 persen sejauh ini. Sebagian besar dari mereka berasal dari Sub Sahara Afrika.
Sebagian besar migran membahayakan nyawanya karena melakukan perjalanan laut hanya dengan kapal karet yang tipis. Kapal itu diberikan oleh penyelundup. Sedangkan perahu kayu lebih besar yang mampu mengangkut ratusan migran jumlahnya sangat minim.