Kamis 11 May 2017 22:26 WIB

Kisah Mbah Ponco Sutiyem Terpilih Jadi Pemeran Utama Film Ziarah

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nur Aini
Film Ziarah.
Foto: Wikipedia
Film Ziarah.

REPUBLIKA.CO.ID,  GUNUNG KIDUL – Terpilihnya Mbah (nenek) Ponco Sutiyem (95 tahun) sebagai tokoh utama film Ziarah rupanya menyimpan cerita yang cukup panjang. Cucu dari anak ketiga Mbah Ponco, Resdiyanto menyampaikan, semuanya berawal dari KKN mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Dusun Pagerjurang, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul pada 2014.

Saat itu salah satu peserta KKN adalah Bagus Witrawan yang merupakan asisten sutradara Film Ziarah BW Purba Negara. Usai KKN ia sempat berjanji pada Kepala Dusun yang tidak lain adalah Resdiyanto untuk mengembangkan Pagerjurang. “Karena sudah sangat dekat dengan kami, Bagus pernah bilang ingin mengembangkan dusun ini jadi desa wisata yang lebih dikenal orang. Karena di dekat sini kan ada Gunung Wayang dan Danau Jombor. Caranya ya dengan apapun lah,” kata Resdiyanto saat ditemui di rumahnya, Kamis (11/5).

Kemudian pada 2015, tanpa disangka Bagus kembali bersama BW untuk membuat film Ziarah di sekitar lokasi KKN-nya. Dari situ mulailah seluruh kru film mencari dan memilih aktor dan aktris yang akan terlibat. Karena konsep pembuatan film yang sederhana dan sangat alami, menurut Resdiyanto, pemeran tokoh-tokoh dalam film pun di ambil dari warga sekitar.

BW sendiri datang ke Pagerjurang dengan membawa naskah cerita yang sudah jadi. Sehingga ia hanya perlu mencari pemain yang cocok dengan karakter tokoh dalam filmnya. Ketika mencari pemeran tokoh utama, Resdiyanto sebenarnya sempat merekomendasikan beberapa lansia di sekitar dusunnya.

Namun sang sutradara terus merasa belum cocok, sampai akhirnya Resdianto merekomendasikan sang nenek. “Karena tidak cocok terus, akhirnya saya bilang kalau saya punya simbah, tapi dusunnya berbeda. Lalu tim film bilang tidak apa-apa, dicoba dulu. Eh ketemu simbah malah cocok,” kata Resdiyanto.

Menurutnya, Mbah Ponco sendiri memang senang berfoto dan bergaya di depan kamera. Maka itu ia sangat mudah diarahkan pada saat pengambilan gambar. Bahkan Mbah Ponco cenderung bersemangat saat menjalani proses shooting. Dengan kondisi demikian, proses pembuatan film Ziarah pun berlangsung cukup singkat, dan jauh lebih cepat dari pada perkiraan sutradara, yakni hanya satu bulan.

Hal ini pun diakui Mbah Ponco Sutiyem. Menurutnya bermain film merupakan kegiatan yang mengasyikan dan tidak begitu sulit. “Main film itu ya hanya mengikuti arahan saja. Saya disuruh mancing, ya mancing. Disuruh nangis, ya nagis,” kata Mbah Ponco Sutiyem. Mbah Ponco mengaku sudah melihat film Ziarah saat diputarkan di Perpustakaan DIY.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement