Kamis 11 May 2017 22:47 WIB

Di Sungai, Umat Islam Menunjukkan Peradabannya

Rep: Yus/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Sungai eufrat
Foto: blogspot.com
Sungai eufrat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Muslim, al-Muqaddasi (946-1000), menyingkap pemanfaatan sungai selama masa pemerintahan Islam. Selain sebagai sumber pengairan bagi pertanian, sungai dimanfaatkan sebagai kelancaran transportasi. Ini mendukung kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 

Dalam risalah berjudul Ahsan al-Taqasim fi Ma'rifat al-Aqalim, al-Muqaddasi mengatakan, kapal-kapal berbagai ukuran melintasi sungai. Aktivitas transportasi sungai terbukti sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan perdagangan selama masa tersebut. Ini terdapat di sebagian wilayah kekuasaan Islam.

Terutama wilayah yang mempunyai pelabuhan-pelabuhan transit. Sarana semacam itu terdapat di Damaskus dan Tyre, Suriah, Yerusalem di Palestina, Kairo di Mesir, hingga Baghdad di Irak. Dari waktu ke waktu, transportasi sungai senantiasa memainkan peran yang sangat penting. Apalagi, sungai dapat menjangkau kawasan pedalaman.

Melalui sungai, waktu tempuh bisa dipersingkat. Menurut catatan al-Muqaddasi, ada tiga sungai besar yang selalu sibuk. Yakni, Sungai  Tigris dan Eufrat di Kota Baghdad, serta Sungai Nil yang melintasi Kairo. Sejak peradaban kuno, sungai-sungai itu sudah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat setempat.

Ibnu Jubayr (1145-1217), sejarawan Muslim terkemuka lainnya, menggambarkan bahwa Sungai Eufrat dan Tigris menghidupi Kota Baghdad. Barang-barang dagang, hasil pertanian, ataupun kekayaan alam lainnya dari berbagai wilayah, dibawa ke ibu kota kekhalifahan Abbasiyah itu lewat kedua sungai tadi.

Bahan-bahan kebutuhan pokok diangkut dengan kapal melalui Sungai Eufrat. Bahan-bahan itu sebagian ada yang berasal dari Mesir dan Suriah, jelas Ibnu Jubayr. Sungai ini tak hanya bermanfaat meningkatkan volume perdagangan domestik. Para pedagang dari luar negeri juga menggunakan sungai, misalnya para pedagang Cina.

Mereka menyusuri sungai untuk mencapai kota-kota di wilayah pemerintah Islam. Salah satunya adalah Baghdad, yang saat itu menjelma menjadi kota metropolitan, pusat perdagangan, dan inteletektual. Posisinya strategis dan kapal mempunyai akses ke sejumlah wilayah, kata Philip K Hitti dalam History of the Arabs.

Alat transportasi yang melintasi Sungai Tigris mengarah menuju Basra, Mosul, hingga Teluk Arab. Sedangkan melalui Sungai Eufrat, para pedagang bisa melintasi kota-kota penting, seperti  Kufa dan Tikrit. Di sungai, umat Islam juga membangun peradaban untuk menopang kelancaran lalu lintas di air.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement