Jumat 12 May 2017 09:34 WIB

Reformasi Pajak Trump Bisa Tingkatkan Defisit Anggaran AS

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengakui rencana reformasi pajaknya akan meningkatkan defisit anggaran dan utang. Meski demikian, itu hanya akan terjadi dalam jangka pendek, sekitar satu atau dua tahun.

"Tidak apa-apa karena tak akan lama, mungkin dua tahun," katanya, dilansir dari CNBC, Jumat (12/5).

Congressional Budget Office AS memperkirakan negara tersebut akan defisit anggaran sebesar 534 miliar dolar AS atau 100 miliar dolar AS lebih banyak dibanding tahun lalu. Pengeluaran pemerintah yang lebih besar dibanding pendapatan membuat rasio utang meningkat menjadi 19,8 tiliun dolar AS di mana 14,3 triliun di antaranya berutang pada publik (masyarakat).

Selama kampanye presiden dulu, Trump padahal berulang kali mengecam budaya utang dan defisit di AS dan berjanji mengakhirinya begitu duduk di Gedung Putih. Sayangnya, rencana pertumbuhan pro-agresif ala Trump adalah memotong pajak secara signifikan, baik untuk bisnis juga individu. Trump percaya pertumbuhan yang dihasilkan dari reformasi pajak ini akan memacu aktivitas bisnis pascaresesi di AS.

Selain pemotongan pajak, Trump juga menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan sejumlah proyek infrastruktur yang nilainya mencapai satu triliun dolar AS. Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin percaya proposal rencana pemerintah ini akan meningkatkan pendapatan nasional hingga dua triliun dolar AS selama dua dekade berikutnya.

Sebagian besar ekonom percaya bahwa rencana fiskal Trump akan merangsang pertumbuhan ekonomi tahunan 1,6 persen atau di atas capaian mantan presiden Barack Obama dulu. Namun, mereka meragukan pemerintah sekarang bisa mencapai target pertumbuhan tiga hingga empat persen di tahun-tahun mendatang.

"Hanya sedikit petunjuk yang mendukung pernyataan Mnuchin bahwa pemotongan pajak signifikan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga tiga persen, bahkan lebih tinggi lagi," kata Kepala Ekonom Capital Economics AS, Paul Ashworth.

Ashworth mengatakan alih-alih meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemotongan pajak signifikan ini lebih cenderung melebar menjadi defisit anggaran di kala beban utang sudah tinggi. Peningkatan utang bisa memicu kenaikan suku bunga yang tajam dalam jangka panjang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement