REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu media massa, film berperan penting memberikan edukasi kepada masyarakat. Film yang dimaksud disini tentunya adalah film yang berkualitas.
Sayang, menurut aktor dan sutradara senior Slamet Rahardjo, banyak film yang dihadirkan di Indonesia masih kurang berkualitas baik dari segi konten maupun visualnya. Industri film Indonesia masih fokus pada bagaimana caranya bercerita daripada mengemasnya dalam adegan-adegan yang indah ditonton.
Hal ini, menurut Slamet, terjadi karena sedikitnya keberadaan institusi pendidikan yang fokus mendalami industri film. "Industri film butuh pelatihan," ujar Slamet dalam acara FGD Parfi 56 yang bertajuk Membangun Pekerja Seni Peran yang Berintegritas, Sejahtera dan Mandiri, di Jakarta.
Beberapa tahun terakhir diakui bahwa terjadi peningkatan distribusi film Indonesia. Jika dilihat dari segi penonton, jumlah penonton film Indonesia pun meningkat ditandai dengan tayangnya film AADC 2 dan Warkop DKI Reborn yang mampu menarik jutaan penonton. Namun, peningkatan ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dari pelaku industri perfilman.
Agar berkualitas, menurut Slamet, industri film Indonesia terutama para pelakunya harus menemukan jati diri, jujur dan terbuka dalam melihat kekuatan maupun kelemahan diri, baik dalam bentuk personal maupun institusi.