REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Edward Snowden menyalahkan agensi kriptografi pemerintah Amerika Serikat (AS) National Security Agency (NSA) atas serangan siber global pada Jumat (12/5). Snowden, yang juga mantan kontraktor NSA meyakini serangan siber global itu bermula dari bocornya alat peretas milik NSA secara daring bulan lalu.
Snowden menyayangkan bahwa NSA tidak mampu mencegah serangan siber global yang melumpuhkan sistem National Health Service (NHS) Inggris dan kemudian menjalar ke seluruh dunia. Menurutnya, NSA harus turut bertanggung jawab terhadap terjadinya serangan siber tersebut.
Snowden dan beberapa ahli keamanan siber lainnya menduga serangan siber itu terjadi karena bocornya alat peretas yang diyakini milik NSA secara daring pada bulan lalu. Serangan siber tersebut juga dianggap mencerminkan pendekatan yang salah oleh AS yang mendedikasikan lebih banyak sumber daya siber untuk melalukan pelanggaran dibandingkan pertahanan.
"Meskipun ada peringatan, (NSA) membangun alat serangan berbahaya yang dapat mengincar perangkat lunak Barat. Hari ini kita melihat harganya," kata Snowden yang juga mantan kontraktor NSA, seperti dilaporkan laman The Telegraph, Sabtu (13/5).
WannaCry, Virus yang Bikin Kekacuan Siber Global
Tokoh yang sempat menjadi sorotan karena dianggap melakukan spionase setelah membocorkan ribuan dokumen rahasia milik NSA tersebut juga mengatakan bahwa Kongres AS harus meminta NSA untuk memberitahu bila ada kerentanan perangkat lunak lainnya yang dapat dieksploitasi sedemikian rupa.
Sebab menurut Snowden hal itu dapat mengantisipasi adanya serangan siber lainnya. "Jika (NSA) secara pribadi mengungkapkan kelemahan yang digunakan untuk menyerang rumah sakit ketika mereka menemukannya, bukan saat mereka kehilangannya, (serangan siber) ini mungkin tidak akan terjadi," ucapnya.
Alat peretas yang diyakini milik NSA dan dikenal dengan nama Eternal Blue disebar ke internet oleh sebuah kelompok bernama Shadow Brokers pada bulan lalu. Eternal Blue berfungsi sebagai 'linggis', yakni untuk mencongkel dan membuka pintu ke komputer yang menjalankan sistem operasi Microsoft Windows, lalu membuatnya rentan diserang.
Eternal Blue ini yang pada dasarnya digunakan dalam serangan siber global yang melanda puluhan negara pada Jumat (12/5) lalu. Pelaku, setelah mendapatkan akses ke komputer, kemudian memasang ransomware yang disebut WannaCry. Pada tahap ini, WannaCry akan membajak sistem komputasi dan mengenkripsi semua berkas yang ada di dalamnya. Satu-satunya cara untuk membuka berkas di komputer tersebut adalah dengan cara membayar uang tebusan.