Ahad 14 May 2017 22:19 WIB

Ponpes Sidogiri: Jangan Ajari Orang Pesantren Soal NKRI

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Foto: Antara
Sejumlah santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Pondok Pesantren Sidogiri menggelar malam puncak milad ke-280. Sekitar 15 ribu orang menghadiri acara ini, termasuk Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Majdi.

Bendahara Umum Pondok Pesantren Sidogiri Achmad Sa'dulloh menyampaikan terimakasih atas kehadiran Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji Muhammad Zainul Majdi serta para wali santri.

Ahmad menambahkan, saat malam pembukaan milad beberapa waktu lalu, para santri Ponpes Sidogiri mengibarkan bendera merah putih raksasa sebagai wujud cinta akan negeri ini. Dia menegaskan, Ponpes Sidogiri mendukung penuh NKRI karena keberadaan NKRI telah diakui oleh ijtihad para ulama di masa lalu.

"Santri Sidogiri terlibat aktif saat melawan penjajahan Jepang dan Belanda serta saat masa cengkeraman komunis. Jangan pernah mengajari orang-orang pesantren tentang bagaimana hidup bernegara dan menjaga NKRI," kata Achmad saat menyampaikan sambutan malam puncak Milad Ponpes Sidogiri ke-280 di Ponpes Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur, Ahad (14/5) malam.

Para santri Sidogiri akan selalu ingat perjuangan para leluhur yang tidak gentar dalam menghadapi penjajah. Ahmad melanjutkan, selepas kemerdekaan, para santri kembali ke dunia pesantren, tanpa mengharapkan jabatan apapun dari negeri ini.

Dia menyebutkan, hal ini penting jika melihat kehidupan bangsa akhir-akhir ini yang diliputi kegaduhan. Achmad menyoroti persoalan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Kaum muslimin yang protes dianggap pemecah belah bangsa, tidak cinta kebinekaan. Kaum santri mencintai negeri ini, tetapi tidak buta, selagi tidak bertentangan dengan prinsip agama. Ketika negara bertentangan dengan agama, kami akan meletakkan agama di atas negara," ungkap Achmad.

Ponpes Sidogiri dalam aksi bela Islam menyatakan sikap mengharamkan pemimpin non-muslim dan mendukung pemimpin muslim di wilayah mayoritas muslim. Achmad menyampaikan hal ini bukan karena kepentingan politik, tapi sebagai dakwah dan tanggung jawab Ponpes Sidogiri terhadap umat.

"Kalau ada orang bergerak dengan agama dicap intoleran, teroris, anti-kebinekaan, ini harus kita lawan jika tidak maka lambat laun orang Islam akan malu dengan keislamannya. Yang benar dianggap salah, dan yang baik dianggap buruk," kata Achmad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement