Senin 15 May 2017 06:28 WIB

One Belt One Road Menuai Pro dan Kontra

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Jalur Sutra/Ilustrasi
Foto: Wikipedia
Jalur Sutra/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para pemimpin global menghadiri pertemuan puncak One Belt One Road (OBOR) yang akan membawa zaman keemasan baru di era globalisasi. Pertemuan OBOR diinisiasi oleh Cina untuk menghidupkan kembali perdagangan Jalur Sutra.

Presiden Cina Xi Jinping telah memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OBOR yang disebut sebagai proyek pembangunan paling ambisius dan menyebut bahwa Cina merupakan penjelajah yang cinta damai. Pada zaman keemasan Jalur Sutra, Cina telah mentransformasi dunia dengan kapal-kapal dagang, bukan dengan kapal perang maupun senjata. 

Berbicara di hadapan 29 kepala negara yang hadir dalam KTT OBOR, Xi menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur bernilai multi-miliar dolar AS ini sebagai sarana untuk membangun versi modern dari Jalur Sutra dan menciptakan zaman keemasan baru di era globalisasi.

"Kemuliaan Jalan Sutra kuno menunjukkan bahwa penyebaran geografis yang tidak dapat diatasi," ujar Xi dilansir The Guardian, Ahad (14/5).

Xi menyebut OBOR merupakan sebuah usaha yang berani dan inklusif untuk memulai era baru globalisasi. Dalam pidato selama 45 menit, dia berjanji akan mengesampingkan segala kepentingannya demi membangun infrastruktur global yang membentang sepanjang Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. 

"Prakarsa Belt and Road berakar dari Jalur Sutra kuno, tapi juga terbuka untuk semua negara lainnya," kata Xi. 

Dihidupkannya kembali Jalur Sutra ini tidak lepas dari sejarah Cina yang dikenal sebagai penjelajah dan pedagang. Contohnya, seorang navigator Dinasti Ming Zheng He yang menjelajah dunia dan berdiplomasi melalui perdagangan. 

"Pelopor ini selalu diingat dalam sejarah, bukan sebagai penakluk dengan senjata perang ataupun pedang, tapi mereka diingat sebagai utusan yang bersahabat. Bagian sejarah ini menunjukkan bahwa peradaban tumbuh subur dengan keterbukaan dan pertukaran," ujar Xi.

Inisiasi Cina untuk membuka kembali perdagangan Jalur Sutra mendapatkan apresiasi dari sejumlah kepala negara yang hadir dalam KTT OBOR. Sejumlah kepala negara memuji langkah Cina untuk membangun kolaborasi ekonomi modern di era globalisasi.

Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn mengatakan, OBOR merupakan proyek unik, bersejarah, dan sangat penting. Dia menggambarkan OBOR sebagai kolaborasi ekonomi terbesar di abad 21. 

"Banyak dari kita di negara berkembang, terutama di Afrika, memandang Cina sebagai model ekonomi yang sukses dan sekutu yang andal dalam memerangi kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran," kata Desalegn.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement