REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Polisi Italia mengungkap salah satu pusat migran terbesar di Italia telah berada di tangan mafia selama lebih dari satu dekade. Klan Arena menghasilkan uang dengan memberikan layanan di Isola di Capo Rizzuto yang berada di wilayah selatan Italia dan menyedot dana negara.
Klan tersebut diduga telah tersembunyi di balik sebuah badan amal Katolik setempat yang secara resmi mengelola tempat tersebut. Klaim tersebut terungkap pada hari Senin (15/5), ketika petugas menangkap 68 orang, termasuk seorang imam setempat.
Sedangkan sosok lain yang tertangkap salah satunya Leonardo Sacco, kepala asosiasi Misericordia Katolik yang seharusnya mengendalikan pusat imigran Sant'Anna Cara. Pusat ini menampung 1.500 orang sekaligus.
Polisi menjelaskan klan Arena, bagian dari sindikat kejahatan Ndrangheta yang kuat. Mereka mungkin telah mengambil lebih dari sepertiga dari 109 juta dolar yang ditujukan untuk pusat tersebut dalam 10 tahun terakhir. Imam Klan tersebut yang bernama Edoardo Scordio telah menerima 144.2 ribu dolar pada tahun ini untuk "layanan spiritual".
Polisi di Catanzaro, sebuah kota di wilayah selatan Calabria, mengatakan, lebih dari 500 agen terlibat dalam penangkapan tersangka "dituduh melakukan hubungan mafia, pemerasan, membawa senjata ilegal, kecurangan, penggelapan atas kerugian negara, (dan) pencurian ," ujar keterangan polisi dikutip dari BBC, Selasa (16/5).
Penangkapan tersebut terjadi dua tahun setelah majalah L'Espresso menerbitkan sebuah penyelidikan. Dalam investigasi itu dibongkar tentang dana yang disalah gunakan dan para manajer menghasilkan uang dengan kelaparan para migran yang tinggal di sana.
Polisi percaya klan tersebut, melalui Sacco, memberikan kontrak, termasuk untuk persediaan makanan, kepada anggota sindikat 'Ndrangheta lainnya, serta mendirikan asosiasi sendiri. Menurut kepala komisi anti-mafia parlemen Rosy Bindi, pusat tersebut telah secara efektif diubah menjadi operasi pencetakan uang untuk kejahatan terorganisir.
"Operasi ini menunjukkan kemampuan mafia untuk memanfaatkan kelemahan dan kerapuhan zaman kita dengan pendekatan predator dan parasitiknya," kata Bindi.