REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menuduh rezim Suriah membangun krematorium untuk menutupi pembunuhan massal para tahanan di sebuah penjara militer di luar kota Damaskus.
Diplomat Tingkat Tinggi AS untuk Timur Tengah Stuart Jones mengatakan, informasi adanya krematorium di penjara Saydnaya berdasarkan pada laporan intelijen AS.
Seperti dilansir Guardian, Senin, (15/5), Washington merilis gambar-gambar itu sehari sebelum Pemerintah Suriah dan perwakilan kelompok oposisi bersenjata Suriah akan memulai perundingan tidak langsung di Jenewa. Ini merupakan perundingan putaran keenam yang sejauh ini tidak berhasil menghentikan konflik tersebut.
Presiden Suriah Bashar al Assad meramalkan tidak ada yang substansial dalam perundingan yang akan datang di Jenewa pekan ini. Menurutnya itu hanya sebuah pertemuan untuk media.
Ia mengatakan, kalau ia lebih fokus pada perundingan paralel yang dimediasi oleh Turki, Rusia dan Iran di ibu kota Kazakhstan, Astana. Pertemuan di Astana bertujuan untuk membangun zona aman di mana akan ada gencatan senjata lokal.
Proposal Astana seharusnya memasukkan sebuah mekanisme untuk melakukan pertukaran tahanan antara rezim dan oposisi yang dimediasi oleh sebuah dewan dengan perwakilan dari Komite Internasional Palang Merah, Rusia, Iran dan Turki.
Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan di Mistura menggambarkan mekanisme Astana sebagai perkembangan yang baik. Namun aktivis kelompok oposisi Suriah Bassam Barabandi menolak dan menilainya sebagai tipuan.
Baca juga, AS Serang Suriah, 59 Misil DItembakkan.