REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --Di bawah pemerintahan Donald Trump, Gedung Putih telah menurunkan tuntutan agar Presiden Suriah Bashar al Assad turun. Namun, saat ini, Washington sudah tak memaksa agar Assad turun dari kepresidenan.
Hanya saja, Washington sekarang lebih fokus pada pengumpulan bukti yang suatu hari nanti dapat digunakan jika dia (Assad) diadili atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tidak jelas apakah pejabat AS berdebat dengan rekan-rekan Rusia mereka dengan adanya bukti dibangunnya krematorium di Saydnaya selama kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Washington. Dulu Moskow dengan gigih membela rezim Assad. Moskow menyebut beberapa tuduhan kejahatan perang dan buktinya itu palsu.
Seperti dilansir Guardian, Senin, (15/5), Diplomat Tingkat Tinggi AS untuk Timur Tengah Stuart Jones menuding sekutu rezim Assad, khususnya Rusia ikut terlibat atau menyetujui kejahatan perang. Rusia, ujar Jones, membantu atau membiarkan rezim Assad melakukan serangan udara terhadap sebuah konvoi PBB, menghancurkan wilayah timur Aleppo, dan menggunakan senjata kimia termasuk sarin terhadap warga sipil di provinsi Idlib pada tanggal 4 April.
"Rusia sekarang harus menggunakan pengaruhnya terhadap rezim Suriah untuk menjamin bahwa pelanggaran mengerikan yang dilakukan rezim tersebut sekarang telah dihentikan," kata Jones.