Selasa 16 May 2017 18:00 WIB

Pakan Ternak Produksi Bulog Dijual Lebih Murah dari Harga Pasaran

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Petani mengumpulkan jagung hasil panennya di Desa Loka Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (6/3). Sebagian petani di daerah tersebut memanen jagung untuk bahan pakan ternak ayam yang dijual seharga Rp2.500 per kilogram.
Foto: Fabriawan Abhe/Antara
Petani mengumpulkan jagung hasil panennya di Desa Loka Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (6/3). Sebagian petani di daerah tersebut memanen jagung untuk bahan pakan ternak ayam yang dijual seharga Rp2.500 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakan Ternak Kita, merek dagang dari pakan ternak yang dihasilkan Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) diharapkan bisa menekan harga pakan di pasaran. Selama ini, biaya pembelian pakan mencapai 70 persen total biaya produksi.

Direktur Utama Komersial Bulog Febrianto mengatakan, rencana pilot project Pakan Ternak Kita telah mendapat tanggapan luar biasa terutama dari produsen pakan ternak.

"Saya dengar mereka sudah mulai menurunkan harga," katanya saat ditemui di Gedung Bulog, Jakarta, Selasa (16/5).

Bulog akan memanfaatkan 24 ribu ton jagung impor atau setara 45 ribu ton pakan ternak untuk meringankan peternak UMKM. Harga yang dijual akan lebih murah dibanding harga pakan di pasaran tetapi dengan kualitas yang baik. "Sekitar Rp 6.100 sampai Rp 6.150," katanya.

Untuk diketahui, sebanyak 24 ribu ton jagung tersebut merupakan bagian dari sisa 90 ribu jagung impor hasil pengadaan 2016 lalu yakni sebesar 200 ribu ton. Ke depannya, jika proyek percontohan Pakan Ternak Kita berhasil, ia akan menggunakan jagung lokal sebagai bahan baku.

Sebab, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian menargetkan swasembada jagung. Salah satu upaya melepas ketergantungan dari impor jagung adalah pembukaan lahan jagung di banyak provinsi termasuk Banten.

Febrianto mengatakan, Bulog diarahkan menyerap jagung di provinsi tersebut. Hal ini dinilai menguntungkan karena jagung lokal produksi Banten dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Pakan Ternak Kita.

"Biaya distribusinya rendah," ujar dia. Apalagi pabrik produksi pakan ternak yang dimiliki CV Cipta Cahaya Perwiratama (CCP) berada di kawasan Bekasi.

Saat ini, Bulog melakukan kerja sama sistem makloon dengan CV CCP. Namun ke depannya, pihaknya membuka kesempatan bagi perusahaan pakan lain untuk menjadi mitra. "Tidak eksklusif, asal harga kompetitif, kualitas baik. Kalau bisa lebih bagus dan harga lebih rendah," ujarnya.

Pakan ternak pada pilot project ini akan fokus untuk memenuhi kebutuhan Jawa Barat. Meski ke depannya diharapkan mampu terdistribusi baik ke seluruh tanah air. Pakan Ternak Kita merupakan salah satu lini usaha baru yang dilakukan Bulog. Selama ini, kata dia, pendapatan usaha Bulog yang signifikan berasal dari penjualan beras sejahtera (Rastra), gula dan daging kerbau.

"Itu yang paling tinggi. Jagung pakan ternak tidak terlalu karena misinya untuk membantu peternak," ujarnya.

Penghasilan Bulog yang didapat dari penjualan beras mencapai 50 persen pada periode Januari-April. Sedangkan gula berkontribusi 30 persen pada pendapatan dan sisanya disumbang oleh daging kerbau.

Dalam kesempatan tersebut Ketua Tim Pelaksana Project Pengolahan Jagung Pakan Ternak Perum Bulog Sopran Kenedi menegaskan Pakan Ternak Kita bukanlah produk bersubsidi. "Ini murni komersial, tidak pakai subsidi karena ini pakai uang bank bukan uang negara," ujar dia.

Untuk itu, para peternak diminta memanfaafkan perbankan untuk mendapat kemudahan dalam pembelian Pakan Ternak Kita. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah CBD atau Cash Before Deliver. "Intinya Bulog tidak menerima utang," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement