REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Geliat umat Islam di Taiwan boleh dikatakan semakin berkembang. Tepatnya setelah Pemerintah Taiwan mulai memberi perhatian lebih kepada Islam.
Meski merupakan agama minoritas masyarakat di Taiwan, yakni 0,2 persen atau 50-60 ribu dari total penduduk lebih 23 juta jiwa. Namun keberadaan pendatang dari luar Taiwan sekitar 200 ribu Muslim, setidaknya membuat Pemerintah Taiwan memperhatikan keberadaan Islam.
Hal ini nampak dari keberadaan enam masjid besar di Taiwan dan ruangan shalat atau Mushala di beberapa tempat publik di Taiwan. Pemerintah Taiwan juga merespon kebutuhan Muslim di Taiwan, salah satunya melalui Pusat Halal Taiwan.
Namun demikian, kemajuan Islam di Taiwan juga bukan tanpa tantangan. Pada kenyataannya, Muslim di Taiwan juga harus tetap berjuang untuk bertahan dalam situasi yang sulit sebagai agama minoritas.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Muslim Cina di Taiwan, Salahuding Ma saat memberi pembekalan kepada peserta Perkumpulan Pemuda Muslim di Taiwan atau 2017 Muslim Youth Exchange Camp dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Salahuding mengungkapkan, meski Muslim Taiwan terus berkembang, namun keberadaan Islam sebagai minoritas membuat Islam di Taiwan menghadapi persoalan.
Mereka juga membahas bagaiamana pemberitaan media dari perspektif barat terhadap Islam sebagai agama yang radikal membuat Muslim di Taiwan juga mengalami masa-masa sulit. "Mereka (orang Muslim) cenderung khawatir memberitahukan identitas Muslim mereka di depan umum," kata Salahuding pada Selasa (16/5).
Karena itu, kekhawatiran tersebut membuat umat Muslim menjadi terisolasi. Ia menambahkan, persoalan lainnya juga adalah regenerasi Muslim di Taiwan yang menurutnya dialami juga oleh Taiwan secara umum, yakni banyaknya penduduk usia tua.
Hal tersebut diperparah dengan kurangnya pengetahuan, khususnya kepada Muslim di Taiwan. Padahal, menurut Salahuding, pengetahuan yang banyak merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan Islam. "Persoalan lain juga yakni lemahnya ekonomi juga dihadapi para Muslim di Taiwan, hal ini karena rata-rata penduduk Muslim adalah seorang pekerja kelas menengah ke bawah," kata Salahuding.
Karenanya, berbagai langkah dilakukan untuk membuat Islam di Taiwan tetap bertahan, mulai dari pengembangan pendidikan, aktivitas sehari-hari, keterlibatan sosial, persatuan digalakkan di kalangan Muslim di Taiwan. Tak hanya itu, reorganisasi Muslim di Taiwan juga ditempuh agar membuat Muslim di Taiwan terus berkembang.
Namun, ia menegaskan, hal tersebut tidak akan tercapai tanpa kesadaran masing-masing Muslim di Taiwan sendiri. Menurutnya, mengembangkan dakwah harus dilakukan tentunya dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam perilaku sehari-harinya. "Dakwah itu sederhana, sebelum kepada orang lain, dakwah kepada diri sendiri dengan menerapkan nilai-nilai Islam semata-mata karena Allah, bukan untuk dunia saja tapi untuk akhirat," kata Salahuding.
Hal itu juga yang Solahuding nasihatkan kepada para 33 peserta Muslim Camp, yakni untuk berdakwah ajaran Islam sesungguhnya, semata-mata untuk mencari keridhoan Allah SWT.