REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Informasi rahasia yang dibocorkan Presiden AS, Donald Trump ke pejabat Rusia adalah informasi yang berasal dari Israel. Laporan tersebut didapatkan BuzzFeed News dari dua pejabat intelijen Israel yang mengatakan bahwa Israel telah berbagi informasi dengan AS mengenai rencana ISIS untuk membawa laptop yang mengandung bahan peledak ke dalam pesawat terbang.
Sementara, New York Times melaporkan, pejabat Israel menolak untuk mengkonfirmasi bahwa Israel adalah sumber dari informasi tersebut. Seorang mantan pejabat intelijen AS mengatakan, Israel telah mendesak AS agar berhati-hati dengan informasi rahasia itu.
Kebocoran informasi intelijen yang dilakukan Trump disebut sebagai ketakutan terburuk Israel. Israel khawatir informasi rahasia itu akan sampai ke telinga Iran.
Duta Besar Israel untuk Washington, Ron Dermer, turut memberikan pernyataan tentang skandal ini. "Israel memiliki kepercayaan penuh dalam hubungan berbagi informasi intelijen dengan Amerika Serikat dan berharap dapat memperdalam hubungan tersebut di tahun-tahun mendatang di bawah kepemimpinan Presiden Trump," kata dia, dikutip Haaretz.
Menurut sebuah laporan pada Januari lalu, pejabat AS di bawah pemerintahan Barack Obama telah menyiratkan bahwa Israel harus berhati-hati saat mentransfer informasi intelijen ke Gedung Putih dan Dewan Keamanan Nasional setelah pelantikan Trump. Kerja sama antara badan intelijen Israel dan AS telah meningkat selama dua dekade terakhir, dengan mengarahkan sejumlah operasi gabungan untuk melawan Iran, serta Hizbullah dan Hamas. Kedua negara membuat sebuah kesepakatan resmi pada 2008 untuk menjalin kerja sama komprehensif.
Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer menolak mengkonfirmasi apakah Israel adalah sumber dari informasi intelijen yang mengenai pelarangan laptop dalam penerbangan. Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional Trump, H.R. McMaster mengatakan, Trump tidak melakukan percakapan yang mengancam keamanan nasional saat dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk Washington Sergei Kislyak pekan lalu di Gedung Putih.
"Presiden bahkan tidak menyadari dari mana informasi ini berasal. Dia tidak memberikan penjelasan singkat tentang sumbernya," kata McMaster.