REPUBLIKA.CO.ID, Bagi warga Palestina, kenangan pahit 69 tahun silam akan selalu tersimpan di benak mereka. Tepat 15 Mei 1948, tragedi kemanusiaan melanda rakyat Palestina. Tidak kurang dari 750 ribu jiwa terusir dari rumah dan tanah mereka sendiri di Palestina.
Adalah Hajr Namr (85 thaun), lelaki sepuh yang menjadi salah satu saksi hidup kebiadaban Israel dalam tragedi tersebut. Al-Muharraqa adalah kampung halamannya yang telah dihancurkan Israel. Akhirnya, ia dan warga desa harus mengungsi ke Jalur Gaza.
Kepada Quds Net News Agency, dia menuturkan kisahnya. “Muharraqa adalah desa yang dihuni oleh warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petani gandum dan jagung. Awalnya, kehidupan kami begitu rukun dan harmonis. Hingga akhirnya, keharmonisan itu dirusak oleh ulah Israel yang mencaplok dan menjajah tanah kami,” ungkapnya, Rabu (17/5).
Sejak dimulainya penjajahan Israel, dirinya dan juga warga Palestina yang lain, sering mendengar bahwa preman-preman Israel, yang mendapat pasokan senjata dari Inggris, mulai mencaplok tanah warga di Yafa dan Haifa. Mereka juga melakukan pembantaian di Deir Yasin, yang terletak bersebelahan dengan al-Quds dan beberapa desa lainnya. "Sontak hal ini membuat warga desa cemas, mereka khawatir tak sanggup melawan penjajahan Israel.”
Ketika itu, usia Al Haj Namr masih 16 tahun. Kenangnya, pasukan Israel mulai pencaplok satu persatu wilayah desa. Meski tidak memiliki senjata, warga desa tetap coba melakukan perlawanan. "Kala itu saya pun ikut menjaga desa. Masih lekat di benak saya, para militan desa, walaupun dengan senjata seadanya, dengan gagah berani berusaha mengusir patroli Israel.”
Setelah Inggris mundur, pesawat-pesawat Israel bermunculan di atas langit desa. Tank Israel melepaskan tembakan tepat di hadapan warga. Mereka menghancurkan dan membakar semua yang mereka temui. "Dan sejak itu, mereka mulai mencaplok wilayah kami satu persatu,” ungkap Al Haj Namr.
Masih dalam kisahnya, Hajr Namr menuturkan, pukul 02:00 dini hari, pasukan Israel menyerbu desanya. Melepaskan tembakan beruntun di uatara dan selatan serta membakar seluruh wilayah desa. Saat matahari terbit, seluruh desa telah habis dilalap api. Sekitar 15 orang berjuang menahan serangan pasukan Israel. Tiga diantaranya adalah Mahmoud Hamid, Abu Rajab, dan Rashid al-Mashuri yang gugur setelah dirudal oleh tank Israel.
Dia menjelaskan, Israel tak hanya membakar desa, namun juga menembaki hewan ternak. Ia dan warga desa berhasil menyelamatkan diri dan mengungsi ke Jalur Gaza.
Beberapa hari setelahnya, dia kembali ke desa al-Muharraqa. Dan di sana, ia hanya menemukan pemandangan yang memiluka, seluruh desa telah habis terbakar.
Saksi hidup
Al-Haj Namr terlahir pada 1932 . Dia menyaksikan perang yang terjadi pada 1956 dan 1967 dan terpaksa mengungsi dari pada 1948. Ia adalah satu dari 100 anggota pasukan pejuang yang menjadi cikal bakal militer Palestina, yang didirikan berdasarkan dekrit Presiden Mesir Jamal Abdunnasir.
Desanya, al-Muharraqa, adalah satu dari wilayah subdistrik Gaza, yang terletak 14,5 km di sisi timur kota Gaza. Terletak di atas ketinggian 125 m di atas permukaan laut, al-Muharraqa terbentang dengan luas 4, 85 km persegi. Sejak perang Arab-Israel 1948, desa ini pun menjadi kosong. Kini, desa ini ditutupi padang rumput dengan pepohonan yang memagarinya. Namun sisa reruntuhan rumah penduduk 69 tahun silam, masih terlihat.