REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pinjaman yang berasal dari kelompok kredit konsumtif ternyata digunakan untuk kegiatan produktif. Adalah Yusup Nara (56 tahun) yang telah mempraktikkan hal itu. Sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), guru matematika ini juga menjalani bisnis penggilingan padi. Kisah sukses Yusup menjalani bisnisnya diawali dari tahun 1990.
Dalam mengawali bisnis penggilingan padi, Yusup mengajukan pinjaman ke bank BJB. Yusup mendapatkan informasi tentang skim kredit yang relatif ringan bernama BJB KGB (Kredit Guna Bhakti). BJB KGB merupakan produk pinjaman yang dikhususkan bagi PNS, dan bukan termasuk kredit produktif. Namun, oleh Yusup, pinjaman itu digunakannya untuk membeli mesin penggilingan padi.
Baca juga: Guru Ini Buktikan tak Mustahil Jadi PNS Sekaligus Wirausahawan
Menurut Yusup, bunga pada BJB KGB dinilai sangat kompetitif. Yusup mengajukan bjb KGB ke bank bjb Cabang Cianjur. Dalam hitungan hari, bank bjb mengabulkan pinjaman perdana yang diajukannya. Saat itu, Yusup sudah berprofesi sebagai PNS di SMPN 1 Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Yusup yang saat itu baru saja menikah menularkan ilmu bisnis yang dimilikinya kepada sang istri Ida Darwati (sekarang 47 tahun).
Lama sebelum Yusup menjadi PNS, dia memang telah memiliki pengalaman menjadi pegawai salah satu pabrik penggilingan padi. Bahkan, oleh para bandar beras di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur Yusup dipercaya menjadi penyalur beras ke pasar-pasar di Kabupaten Cianjur. Aktivitas itu sempat terhenti setelah Yusup diangkat menjadi PNS.
Semua pemahamannya dengan bisnis penggilingan padi sengaja ditularkan kepada istrinya. Tujuannya, agar bisnis yang dimilikinya tidak mengganggu aktivitasnya sebagai guru. "Hingga kini, tidak pernah sehari pun jam kerja saya yang digunakan untuk kegiatan bisnis penggilingan padi, kecuali hari libur," ujarnya.
Selain menghadirkan keuntungan, bisnis penggilingan padi yang dijalankan Yusup mampu menyediakan lahan pekerjaan bagi warga di Kampung Kiarakoneng, Desa Buniwangi, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur.
Saat ini, sedikitnya sembilan warga Kiarakoneng bekerja di pabrik penggilingan padi milik Yusup. Dalam sebulan, Yusup berhasil mengantongi keuntungan bersih minimal Rp 9 juta. Tarif penggilingan padi yang diberlakukan Yusup sangat kompetitif dibandingkan tempat lain. Biaya penggilingan yang diberlakukannya, yakni berkisar Rp 350 hingga Rp 500 per kilogram padi.
Dari keuntungan biaya penggilingan itu, Rp 75 di antaranya dijadikan pendapatan para pekerja. Dalam sebulan, tidak kurang dari 60 ton padi yang digiling melalui pabrik Yusup. Selain dari biaya penggilingan, Yusup pun mendapatkan keuntungan dari jasa angkut padi.
Berkembangnya bisnis penggilingan padi milik Yusup, seiiring dengan prestasinya sebagi guru. Karena dinilai rajin bekerja, tahun 2004 Yusup diangkat menjadi Kepala Sekolah SMPN 1 Leles, Kabupaten Cianjur.
Setelah menjadi Kepsek di SMPN 1 Leles, Kabupaten Cianjur, Yusup kembali diberi kesempatan menjadi Kepsek di SMPN 1 Cibinong, Kabupaten Cianjur pada tahun 2006. Menjadi Kepsek SMPN 1 Cibinong berjalan hingga tahun 2010. Tahun 2010, Yusup dikembalikan ke SMPN 1 Pagelaran sebagai kepsek hingga kini.