REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Muhammad Syafi'i menilai kepolisian Republik Indonesia (Polri) saat ini secara telanjang mempraktikkan desain ketidakadilan. Jika hal tersebut terus-menerus dilakukan Polri, kata dia, akan berujung pada kerusuhan.
"Padahal kerusuhan, akibatnya tidak bisa membangun, dan memudahkan kekuatan asing untuk masuk," ujarnya pada awak media di Jakarta, Kamis (18/5).
Pria yang akrab disapa Romo ini juga mengatakan, Polri hari ini seperti kepolisian Internasional yang memiliki target menciptakan Islamphobia. "Distrust kepada ulama, yang ujung-ujungnya memancing keributan," katanya.
Syafi'i juga mempertanyakan independesi Polri sebagai penegak hukum di Indonesia. Saat ini, kata dia, Polri seperti alat politik dan bukan lagi alat hukum.
Syafi'i memberikan contoh kasus penolakan Fahri Hamzah di Manado, Polri sama sekali tak menangkap satu pun pelaku penolakan. Sisi lainnya, kata Syafi'i, Al Khaththath melakukan aksi unjuk rasa meminta keadilan ditegakkan, justru disebut makar.
"Siapa yang pegang remote control dari kepolisian ini? Pasti kita menginginkan polisi sebagai lembaga negara tetap pada penegakan hukum, karena sekali dia menjadi alat politik, maka dia akan bertindak semena-mena," katanya.