REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi), Usamah Hisyam memberikan tanggapan terkait dirinya dianggap ikut campur urusan internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hisyam membantah dirinya turut menginisiasi lahirnya Majelis Penyelamat PPP (MP-PPP).
Menurutnya, justru yang menginisiasi MP-PP adalah para senior PPP itu sendiri. Diantaranya Zarkasih Noer, Bacthiar Chamsyah, Yudo Paripurno, Sukardi Harusn, Anwar Sanusi, Mudrik Sangidu, Mardiono dan juga Lulung Lunggana.
"Saya hadir sebagai undangan, jadi tidak benar kalau saya panitia. Seakan-akan saya yang menginisiasi, yang menginisiasi 10 orang tadi. Itu mereka mengadakan pertemuan-pertemuan dan mereka sangat prihatian terhadap kepemimpinan PPP yang menabrak kalimatullah, menabrak Quran," kata Hisyam, saat dihubungi melalui seluler, Kamis (18/5).
Menurut Hisyam, para senior PPP itu mengambil gagasan untuk menyelamatkan PPP. Oleh karena itu, mereka mengundang seluruh komponen, senior-senior, aktivis partai yang memang mendukung adanya Musyawarah Ulama. Di antaranya yang diundang adalah unsur-unsur pendiri PPP, termasuk Parmusi. Kata Hisyam, tujuan Musyawarah Ulama tersebut untuk mencari solusi, bagaimana menyelamatkan PPP sebagai institusi bukan kepemimpinannya. Itu dilakukan agar masih ada sarana perjuangan umat Islam secara politik, yaitu melalui PPP agar aspirasi umat tertampung.
Menurut Hisyam, para senior PPP dan juga umat Islam PPP sudah tidak lagi percaya terhadap kepemimpinan PPP yang sekarang tengah berada dalam konflik dualisme antara Romahurmuziy alias Romi dengan Djan Faridz. Bahkan, mereka menganggap keduanya sudah tidak pantas lagi memimpin partai berlambang Ka'bah tersebut karena sudah menabrak nilai-nilai Alqur'an. Itu setelah Romi dan Djan Faridz memilih mendukung terdakwa penista agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Dua-duanya sudah mendukung penista agama bertentangan dengan nilai-nilai akidah Islamiyah. Artinya kedua pemimpinan itu sudah tidak pantas dan sudah tidak berhak lagi untuk memimpin partai berazas Islam yang berlambang Ka'bah," katanya.
Bagi Hisyam, PPP bukanlah seperti partai lainya. Bukan seperti Partai Demokrat yang milik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), atau bukan seperti partai PDI Perjuangan yang milik Megawati Soekarnoputri, tapi PPP ini milik umat Islam. Terutama para ulama, ustadz, dan guru ngaji. Maka dari itu, salah satu agenda MP-PPP adalah mengundang 1000 ulama, khususunya para ulama yang tergabung di dalam PPP di seluruh Indonesia.
Hisyam mengatakan, status MP-PPP menurut Hisyam adalah sebuah gerakan extra ordinary. Sebab, hal terkait dengan legitimasi keumatan. "PPP didirikan oleh para alim ulama yang diwakili oleh empat partai pada waktu itu, yaitu Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Serikat Islam Indonesia, dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah," kata Hisyam.