REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan keputusan untuk menunjuk seorang penasihat khusus untuk mengawasi penyelidikan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 sangat merugikan. Ia juga menilai bahwa hal itu adalah sebuah keputusan yang menyakitkan bagi negara.
"Dengan keputusan ini, AS dibuat untuk terlihat bahwa negara ini mengalami perpecahan, kekacauan, dan sesuatu yang buruk lainnya," ujar Trump dilansir BBC, Jumat (19/5).
Penasihat khusus yang ditunjuk untuk menyelidiki dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016 adalah mantan direktur FBI Robert Mueler. Penunjukkan ini diapresiasi banyak pihak, khususnya kalangan politisi di Negeri Paman Sam.
Sebelumnya, banyak pihak khususnya dari kalangan politisi Demokrat di Senat AS. yang mendesak adanya penunjukkan jaksa khusus untuk penyelidikan kasus. Hal ini didasari karena Trump melakukan pemecatan terhadap mantan direktur FB James Comey pada pekan lalu.
Hanya beberapa saat setelah pengumuman penunjukkan Mueller, Trump melalui Gedung Putih sempat memberi pernyataan terhadap publik. Miliarder itu mengatakan investigasi yang dilakukan terkait dugaan hubungan antara tim kampanyenya dengan Rusia tidak ada sama sekali.
Pemecatan Comey telah menuai banyak kritik dan pertanyaan. Tak sedikit yang menilai apakah Gedung Putih berusaha mengintervensi FBI di tengah penyelidikan tentang campur tangan Rusia tersebut.
Dalam surat pemecatan, Trump menyebut diperlukan kembali kepercayaan publik terhadap FBI. Comey dianggap telah mencederai jalannya pemilu AS tahun lalu dengan membuka penyelidikan skandal surat elektronik Hillary Clinton.
Namun, setelah menyampaikan pernyataan melalui Gedung Putih, Trump justru memberikan reaksi berbeda melalui akun jejaring sosial Twitter miliknya. Pria berusia 70 tahun itu mengatakan bahwa ia merasa menjadi politisi yang diperlakukan paling buruk sepanjang sejarah.
"Keputusan itu (penunjukkan Mueller) membuat saya mengetahui bahwa saya adalah politisi yang mendapat perlakuan paling buruk sepanjang sejarah Amerika," kata Trump melalui Twitter.
Badan intelijen AS hingga saat ini nampaknya meyakini bahwa Rusia mencoba mencampuri pemilu AS 2016 untuk mendukung Trump. Termasuk dalam dugaan peretasan yang dilakukan selama proses pemungutan suara berlangsung.