Jumat 19 May 2017 12:44 WIB

Soal Kolusi dengan Rusia, Trump: Saya Berbicara Atas Nama Sendiri

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah dirinya berkolusi dengan Rusia dalam pemilu AS 2016. Trump mengatakan ia berhak mengatakan apa pun, termasuk mengenai Rusia dan dirinya.

Untuk pertama kalinya. hal itu mengungkap kemungkinan sejumlah stafnya terlibat. Pada Kamis (18/5), melalui sebuah konferensi pers Trump menegaskan tidak pernah sekali terlibat dengan Rusia. Banyak pihak berspekulasi tim kampanye Trump yang melakukan kolusi bersama Rusia.

"Saya menghormati langkah ini, tapi secara keseluruhan ini nampak seperti 'perburuan penyihir'. Tidak pernah ada kolusi (pada saya dan tim kampanye). Tapi, saya selalu bisa berbicara apa saja atas nama diri sendiri dan Rusia," ujar Trump dalam konferensi pers bersama Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, dilansir The Guardian, Jumat (19/5).

Trump sebelumnya sempat menyatakan ia adalah politikus yang mendapat perlakuan paling buruk sepanjang sejarah Amerika. Pria berusia 70 tahun itu telah menuai sejumlah kontroversi sejak kepemimpinannya atas AS.

Baca: Lavrov: Tak Ada Rahasia yang Disampaikan Trump

Krisis politik Negeri Paman Sam juga terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini sejak Trump mengeluarkan keputusan untuk memberhentkan James Comey sebagai direktur FBI.

Dalam sebuah memo dari Comey, Trump disebut pernah meminta FBI mengakhiri penyelidikan tentang hubungan mantan penasihat keamanan nasional AS Michael Flynn dengan Rusia. Kritik dari politikus di negara itu kemudian bermunculan.

Memo dari Comey telah diminta untuk diselidiki segera, baik politikus Partai Demokrat maupun Partai Republik dalam Senat AS hendak mendengar penjelasan dan kesaksian Comey terhadap hal itu.

Sebelumnya, pemecatan Comey telah menimbulkan sejumlah kritik dari banyak pihak. Keputusan yang diambil oleh Trump juga membuat banyak orang bertanya-tanya apakah Gedung Putih berusaha mengintervensi FBI di tengah penyelidikan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.

Dalam surat pemecatan, Trump menyebut diperlukan kembali kepercayaan publik terhadap FBI. Comey dianggap mencederai jalannya pemilu AS tahun lalu dengan membuka penyelidikan skandal surat elektronik Hillary Clinton.

Penasihat khusus kemudian ditunjuk untuk mengawasi penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016. Ia adalah mantan direktur FBI Robert Mueler.

Sebelumnya, sejumlah politikus dari Partai Demokrat menilai Trump melakukan langkah yang sama dengan mantan presiden AS Richard Nixon pada 1973. Saat itu, pemecatan terhadap seorang jaksa independen yang ditugaskan untuk menyidik kasus skandal Watergate dilakukan.

Trump memberikan komentar terhadap pernyataan tersebut. Ia mengatakan sangatlah konyol apabila semua orang berpikir dirinya melakukan hal yang sama seperti Nixon.

"Tentu saja saya pikir itu benar-benar menggelikan jika semua orang berpikir demikian," jelas Trump.

Pemecatan Comey sebelumnya dikatakan oleh Gedung Putih didasarkan atas saran dari Wakil Jaksa Penuntut Umum Rod Rosenstein dan Jaksa Agung Jeff Sessions. Namun, tak lama kemudian Trump sempat mengatakan hal itu telah dipertimbangkan sejak lama.

Trump dalam konferensi pers terbarunya menegaskan Pemerintah AS dapat menyelesaikan semua masalah internal. Ia kembali mengatakan tidak ada koluis dengan Rusia dan menuding FBI telah merusak reputasinya akibat penyelidikan pemilu 2016.

"Percayalah tidak ada kolusi, Rusia baik baik saja," kata Trump.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement