REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kemudahan modal yang diperoleh menjadi berkah tersendiri bagi calon wirausaha untuk memulai bisnis. Pun bagi seseorang yang sudah memiliki pendapatan tetap sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Menjadi wirausahawan bukan sebuah larangan bagi kalangan PNS sepanjang tugasnya tidak ditinggalkan. Bahkan, PNS yang memiliki wirausaha sehingga menciptakan lapangan pekerjaan, boleh dibilang kreatif dan inovatif.
Dadang Hermawan (32 tahun) merupakan salah satu PNS yang memiliki kegiatan wirausaha berupa konveksi. Usaha PNS di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya ini dijalankan oleh istri dan orang kepercayaannya. Alhasil, lulusan STPDN angkatan ke-14 tahun 2006 itu, bisa bekerja fokus sebagai Kepala UPTB Pelayanan Pajak Daerah Wilayah I, Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Tasikmalaya. Kegiatan bisnisnya tidak mengganggu 'tugas negara'.
Menurut Dadang, modal sangat berarti dalam menjalankan bisnis sampingannya. Tanpa kemudahan modal, belum tentu bisnis bisa berjalan dengan mulus. Dadang mulai membuka usaha sampingannya itu sejak Januari 2015. Ayah dari satu anak itu sengaja memroduksi konveksi berupa tas karena terinspirasi oleh temannya yang berdomisili di Jakarta. Perjalanan bisnis Dadang sudah terinspirasi lama.
Sejak 2010, Dadang kerap membantu temannya dalam memasarkan produk tas seminar, tas kantor dan tas dinas pemerintahan atau swasta. Akhir tahun 2014, Dadang bersama istrinya, Evi Rachmayanti AMKeb terpikir untuk membuka usaha sendiri. Dadang berpandangan, potensi bisnis tas untuk atau souvenir kegiatan seminar atau pendidikan dan pelatihan (Diklat) sangat besar.
Keyakinan dalam berbisnis ini membuat Dadang yakin untuk mengajukan pinjaman modal ke bank. Pinjaman ke bank BJB dianggap paling menarik. Dadang memilih kredit konsumer bank BJB bernama BJB KGB (Kredit Guna Bhakti) pada Januari 2015. BJB KGB merupakan skema kredit yang disiapkan bagi pegawai yang berpenghasilan tetap. Dalam mengajukan pinjaman ke bank BJB. Dadang terkesan dengan pelayanan bank BJB. Dalam mendapatkan BJB KGB, Dadang hanya mengagunkan surat keputusan (SK) pengangkatannya sebagai PNS.
Hanya dalam hitungan hari, Dadang langsung menerima uang pinjaman dari bank BJB cabang Tasikmalaya. Bantuan modal itulah yang digunakan oleh Dadang untuk membali mesin jahit, menyewa tempat serta merekrut lima penjahit. Lantaran berpengalaman memasarkan produk tas, Dadang pun langsung menerima order pembuatan tas seminar, diklat dan tas kantor. Tidak hanya dari konsumen di Tasikmalaya, Dadang pun melayani pemesanan dari kabupaten dan kota di Tanah Air. Di antaranya Subang, Bandung, Aceh Besar, Jayapura, Kupang, Samosir, dan Jakarta.
Mantan Kepala Seksi Trantib Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya itu memanfaatkan media sosial dan jaringan teman dalam memasarkan produk tasnya. Dadang optimistis, bisnisnya akan tumbuh dan berkembang. Pasalnya, kualitas dan harga tas yang dipasarkannya relatif lebih kompetitif dibandingkan harga di pasaran. Dadang kini kerap kewalahan menerima order dari instansi pemerintahan karena menerapkan harga yang relatif murah. Dengan demikian, instansi pemerintahan pun bisa mengefisiensi anggarannya.
Jika sesekali orderan membludak, maka Dadang makloon ke penjahit lain. Menurut dia, menjaga kualitas merupakan komitmennya dalam berdagang. Jenis dan motif tas apa pun, papar dia, bisa diproduksi oleh pabriknya yang terletak di Jl Murai, Perumahan Gumilang Indah, Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.