Jumat 19 May 2017 18:44 WIB

Kehadiran Aisyiyah Bukan Hanya untuk Kaum Perempuan

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Fernan Rahadi
Bazar di lokasi Milad Aisyiyah.
Foto: Dokumen
Bazar di lokasi Milad Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kehadirin Aisyiyah  bukan hanya untuk kaum perempuan semata, tetapi untuk umat manusia yang dimuliakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Aisyiyah  Noordjannah Djohantini, dalam pidato iftitah pada saat resepsi milad Aisyiyah 100 tahun dengan tema 'Aisyiyah Awal Abad Kedua Memuliakan Martabat Umat ddan Berkiprah Memajukan Bangsa' di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (19/5).

"Aisyiyah di usianya yang sudah satu abad ini, merupakan jembatan emas untuk bermuhasabah diri, sekaligus berikhtiar memperbaharui langkah Aisyiyah memasuki abad kedua, guna menghadirkan gerakan pencerahan yang menyinari kehidupan bangsa. Ia pun mengutip Alquran Surat An-Nahl ayat 97 yang menjadi spirit, dasar, dan landasan Aisyiyah untuk berjuang berkhidmat memajukan bangsa.

Pada kesempatan ini Ketua Umum PP Aisyiyah  yang didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan Aisyiyah Award kepada Ibu Siti Walidah dan Ibu Siti Bariyah dan Ibu Munzilah.  Mereka adalah tokoh dan pendiri Aisyiyah dalam memajukan bangsa  dan mmberikan saham dalam gerakan kebangkitan perempuan Islam di Indonesia.

Resepsi yang ditutup dengan sendratari perjalanan berdirinya Aisyiyah, dihadiri 7.850 keluarga besar Aisyiyah-Muhammadiyah, di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto, Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kasiyarno, Rektor Universitas Aisyiyah Yogyakarta Warsiti, Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri,  dan Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah di 34 provinsi se-Indonesia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement