Sabtu 20 May 2017 02:30 WIB

Bekas Anggota Kongres AS Akui Kesalahannya dalam Skandal Cabul

Ilustrasi Pencabulan
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Pencabulan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bekas anggota Kongres Amerika Serikat Anthony Weiner menangis di pengadilan federal, Jumat (19/5), saat ia mengakui telah mengirimkan pesan-pesan singkat (SMS) cabul kepada seorang remaja putri. Weiner diancam hukuman penjara maksimal 10 tahun. Namun,  hukuman yang akan diterimanya tampaknya akan kurang dari itu.

Pengakuan Weiner itu mengakhiri penyelidikan soal skandal 'SMS seks', yang mempengaruhi pemilihan presiden AS tahun lalu. Dengan mengenakan pakaian berwarna biru laut, dasi merah tua serta cincin kawin, Weiner (52 tahun) dalam keadaan menangis berbicara mengenai perilakunya di hadapan Hakim Distrik AS Loretta Preska di Kota New York.

"Saya punya penyakit, tapi tidak ada alasan bagi saya," kata Weiner.

Ia meminta maaf kepada remaja putri berusia 15 tahun yang ia kirimi gambar-gambar dan pesan-pesan bermuatan seks tahun lalu. Sebagai bagian dari kesepakatan pengakuan, kejaksaan federal akan mempertimbangkan hukuman antara 21 bulan hingga 27 bulan sebagai masa yang "adil dan pantas."

Hakim Distrik AS Denise Cote akan memutuskan hukuman bagi Weiner pada 8 September.

Karir politik bekas anggota kongres asal Partai Demokrat itu buyar setelah terungkapnya serangkaian skandal berupa percakapan seksual yang tak pantas oleh Weiner dengan sejumlah perempuan melalui internet.

Penyelidikan terhadap percakapannya dengan remaja putri tersebut juga mempengaruhi hari-hari terakhir kampanye presiden AS pada 2016. Agen-agen federal, yang menyita laptop milik Weiner menemukan ada sejumlah surat elektronik yang berasal dari istri Weiner, Huma Abedin. Huma adalah seorang pembantu senior Hillary Clinton, yang pada 2016 merupakan kandidat presiden dari Partai Demokrat.

Sebagai akibatnya, direktur Biro Investigasi Federal (FBI) saat itu, James Comey, mengumumkan pada Oktober bahwa badan yang dipimpinnya melakukan pemeriksaan terhadap pesan-pesan tersebut untuk menentukan apakah penyelidikan terhadap penangangan surat-menyurat resmi kubu Clinton akan dibuka kembali.

Penyelidikan terhadap kasus Weiner muncul setelah surat kabar Inggris, Daily Mail, mempublikasikan wawancara dengan remaja asal North Caroline itu tahun lalu. Weiner, yang menjadi wakil Kota New York selama 12 tahun di Dewan Perwakilan Rakyat AS, mengundurkan diri pada 2011 setelah sebuah foto cabul muncul di akun Twitter miliknya.

Pada awalnya, Weiner mengelak dengan menyatakan bahwa akunnya itu diretas tapi akhirnya ia mengaku pernah mengirimkan gambar tersebut, selain pesan-pesan tak senonoh kepada sejumlah perempuan. Dua tahun kemudian, Weiner mengumumkan pencalonannya sebagai wali Kota New York namun ia terdepak dari persaingan ketika lebih banyak pesan cabul bermunculan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement