REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemungutan suara dalam pemilihan presiden Iran secara resmi ditutup, Jumat (19/5). Sebelumnya, perpanjangan waktu selama lima jam dilakukan karena pertimbangan jumlah pemilih yang datang secara tiba-tiba meningkat.
Pejabat dari komisi pemilihan Iran mengatakan perpanjangan waktu dilakukan karena permintaan khusus setelah terjadinya antrian panjang terjadi di tempat pemungutan suara di luar negeri. Bahkan, surat suara dilaporkan sempat habis untuk warga Iran yang berada di Turki.
Setelah resmi ditutup, penghitungan terhadap lebih dari 40 juta suara saat ini tengah dilakukan. Kandidat sekaligus Presiden Iran Hassan Rouhani dilaporkan unggul dari hasil sementara.
Jika ia memenangkan pemilihan, maka ia akan menjadi presiden untuk periode kedua di negara Timur Tengah itu. Selama ini dikenal sebagai politikus moderat yang juga pernah menjabat sebagai sekretaris dewan keamanan nasional Iran selama 16 tahun.
Pria berusia 68 tahun itu juga menjadi presiden yang menghabiskan cukup banyak waktu jabatannya untuk mencoba menarik Iran dari isolasi negara-negara Barat. Di bawah kepemimpinannya, kesepakatan nuklir pada 2015 lalu tercapai, sehingga mengakhiri penerapan sejumlah sanksi internasional terhadap Teheran.
Berdasarkan Dewan Wali Iran, ada enam kandidat presiden yang lulus kualifikasi dan seharusnya maju dalam pemilu kali ini. Selain Rouhani, mereka adalah Wakil Pesiden Eshaq Jahangiri, kemudian Ebrahim Raisi yang dikenal sebagai pemimpin organisasi sosial Astan Quds Rasavi. Lalu ada Wali Kota Teheran Mohammad Bagher Ghalibah, serta dua lainnya adalah Mostafa Mir Salin dan Mostafa Hashemitaba.
Namun, sejumlah kandidat mengundurkan diri dalam awal pekan ini. Pertama adalah Ghalibah yang kemudian menyatakan dukungannya untuk Raisi. Langkah Ghalibah diikuti oleh Jahangiri. Ia menarik diri dari pemilihan dan memutuskan untuk memberi dukungan kepada Rouhani, yang selama ini telah ia dampingi dalam pemerintahan.
Karena itu, ada empat kandidat yang maju dalam pemilihan presiden ini, yaitu Rouhani, Raisi, Hashemitaba, dan Mirsalim. Namun, dua sosok utama yang disebut bersaing sangat keras adalah Rouhani dan Raisi.