REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Sekitar 5.000 pengungsi kembali berhasil diselamatkan di perairan lepas pantai Libya dalam kurun waktu 48 jam. Operasi penyelamatan dilakukan Kamis (18/5) hingga Sabtu (20/5) pagi oleh penjaga pantai Italia dan Libya. Dilansir Aljazirah, Kamis (18/5), sekitar 2.900 orang yang berhasil diselamatkan, telah dibawa ke Italia. Sementara 580 orang lainnya yang ditemukan di perairan Libya, dikembalikan ke negara Afrika Utara tersebut.
Pada Jumat (19/5) hingga Sabtu (20/5), penjaga pantai menyelamatkan 2.100 pengungsi yang berada di dalam 17 kapal. Penjaga pantai juga menemukan jasad satu orang pengungsi yang diduga tenggelam dalam perjalanan.
Para pengungsi yang selamat mengungkapkan ketakutan mereka mengenai penyiksaan dan perbudakan yang terjadi di Libya. "Libya gila, mereka menangkap kami. Mereka menempatkan kami di suatu tempat. Dua, tiga hari tidak makan, tidak minum," kata Alseer Issa Ibrahim (28), yang berasal dari Darfur, Sudan.
John Osifo, warga Nigeria berusia 29 tahun, mengaku telah menghabiskan 11 bulan di Libya. Dia tidak bisa pergi ke Eropa, karena seorang pria setempat telah menghancurkan paspor dan izin kerjanya. Sehingga ia harus bekerja keras menjadi budak cuci mobil di negara itu.
"Di Libya, mereka percaya orang kulit hitam adalah budak. Ketika mereka ingin mengalahkan kami, mereka akan memukuli kami dengan pipa," kata Osifo, menunjukkan bekas luka di tangan kirinya.
"Mereka membawa kami ke suatu pekerjaan, memaksa kami untuk melakukan kerja keras tanpa bayaran. Kadang-kadang mereka membawa kami ke sebuah penjara, tempat kami akan dipukuli," ungkapnya.
Jumlah pengungsi yang tiba di Italia telah melonjak lebih dari 30 persen di tahun ini, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sejauh ini, pengungsi yang datang ke negara itu berjumlah lebih dari 46 ribu orang.
Organisasi Internasional untuk Pengungsi (IOM) mengatakan ada 1.244 pengungsi yang tercatat meninggal dunia dalam perjalanan ke Eropa tahun ini. Dengan demikian, ada satu dari 39 orang pengungsi yang tidak dapat diselamatkan.
Italia telah menjadi negara tujuan utama di Eropa, bagi pengungsi dari Afrika tahun ini. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, memperkirakan dari 55 ribu orang yang telah mencapai Eropa tahun ini, 83 persen dari mereka tiba di Italia.