REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- Jelang bulan puasa, Sat Pol PP Kabupaten Purwakarta giat merazia gelandangan dan pengemis (gepeng). Sebab, setiap bulan suci puasa dan jelang lebaran, Purwakarta terkesan jadi sasaran aksi para gepeng tersebut. Adapun wilayah yang sering jadi sasaran para gepeng ini, yaitu di perempatan Cikopo, Sadang sampai wilayah perkotaan.
Kabid Trantibum Sat Pol PP Kabupaten Purwakarta, Aulia Pamungkas, mengatakan razia gepeng ini diintensifkan sepekan jelang puasa. Pasalnya, saat ini sudah banyak laporan dari masyarakat mengenai kehadiran para gepeng tersebut. "Kami sudah razia selama tiga hari terakhir. Sudah ada 20 gepeng yang terjaring," ujarnya kepada Republika, Ahad (21/5).
Mereka, menurut Aulia, mayoritas bukan penduduk Purwakarta, melainkan pendatang dari luar. Seperti, dari daerah-daerah di Jateng. Keberadaan para gepeng ini menganggu masyarakat. Karenanya mereka perlu ditertibkan.
Adapun gepeng yang terjaring razia, lanjut Aulia, akan di bawa ke kantor Sat Pol PP. Lalu, dilakukan pendataan. Untuk selanjutnya, mereka diserahkan ke Dinas Sosial. Tetapi, ada juga yang langsung dipulangkan ke daerah asalnya. Itupun, bila daerahnya dekat dengan Purwakarta.
Keberadaan gepeng ini, lanjut Aulia, bertentangan dengan Perda K3. Makanya, mereka akan terus dirazia sampai wilayah Purwakarta steril dari gepeng, selama puasa hingga lebaran. Selain gepeng, pihaknya juga merazia orang gila. "Kita ingin saat puasa Purwakarta bersih dari gepeng dan orang gila," ujarnya.
Sementara itu, Enok Sumartini (47 tahun), warga Gg Flamboyan III, Kelurahan Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta, mengaku, setiap menjelang puasa dan lebaran, lingkungan rumahnya sering diserbu sama pengamen dan pengemis. Dalam sehari, ada empat sampai lima pengamen yang datang dari rumah ke rumah. "Padahal, biasanya tidak pernah ada pengamen atau pengemis," katanya.
Tetapi, bila mendekati puasa, dari pukul 06.00 WIB, sudah ada pengemis yang mengetuk pintu untuk meminta sumbangan. Awalnya, dikasih. Akan tetapi, setelah diperhatikan pengemis tersebut selalu datang setiap harinya. Sehingga, Enok memutuskan untuk menyetop memberikan bantuan berupa beras ke pengemis tersebut. "Seolah-olah mereka itu bukan butuh, melainkan jadi sumber mata pencaharian," ujarnya.