Ahad 21 May 2017 19:49 WIB

Ekonom Mewisuda Penghafal Alquran

Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC), Ahmad Deni Daruri menggelar acara wisuda para penghafal Alquran 30 juz sebagai rangkaian penutup dari program Tahajjud Murojaah.
Foto: istimewa
Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC), Ahmad Deni Daruri menggelar acara wisuda para penghafal Alquran 30 juz sebagai rangkaian penutup dari program Tahajjud Murojaah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Ramadhan 1438 H, Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC), Ahmad Deni Daruri menggelar acara wisuda para penghafal Alquran 30 juz. Ini merupakan rangkaian penutup dari program Tahajjud Murojaah.

Tahajjud Murojaah adalah program menguatkan hafalan Alquran 30 juz dalam shalat tahajud. Program ini bagian dari gerakan Indonesia Murojaah yang digulirkan Deni bersama KH Deden Muhammad Makhyaruddin, hafiz dan mufassir muda peraih juara 1 perlombaan tahfizh 30 juz dan tafsirnya tingkat dunia di Maroko sejak tujuh bulan yang lalu. 

Ekonom itu menambahkan, akan memberikan pengawalan terhadap hafalan para penghafal Alquran Indonesia. Sehingga tetap terjaga dan semakin berkualitas seiring dengan merebaknya tren tahfizh setelah lima tahun terakhir ini. 

Ini mengingat bagian terpenting dari lahirnya penghafal Alquran untuk kemakmuran suatu negeri adalah ketika hafalan tersebut terpelihara dengan selalu melakukan murojaah (mengulang hafalan).

"Gerakan Indonesia Muroja'a (GIM) diperuntukan buat para para penghafal Alquran. Khususnya yang sudah hafal 30 juz. Muroja'ah berarti mengulang," ujar Deni dalam keterangan persnya, Ahad (21/5).

Menurut Deni, ilmu dalam Alquran sangat luas, dalam, dan luar biasa. Karenanya, beruntung bagi yang sudah hafal dan bahkan mampu melakukan tafsir. Akan tetapi, ilmu itu mudah hilang bila tak diterapkan atau dipelajari kembali. 

"Ada seribuan lebih penghafal Alquran 30 juz setiap tahun. Namun yang bertahan hafalannya hanya 0,3 persen atau tiga orang saja. Ini miris. Padahal, ilmu-ilmu dalam Alquran itu luar biasa dahsyat," kata dia.

"Meski sudah hafal Alquran, tapi tidak pernah dipelajari atau diulang-ulang, ya akhirnya lupa. Lupa didiamkan akhirnya benar-benar hilang ilmunya," tambah Deni.

Untuk tahap awal, GIM tersebar melalui mulut ke mulut. Pada Agustus 2016, program Tahajjud Murojaah dibuka dan ratusan orang yang mendaftar. Akan tetapi, hanya 72 orang terpilih.

Setelah tujuh bulan digembleng di Masjid An Nahl, para santri itu dinyatakan lulus. Hanya saja, dari 72 wisudawan terdapat sembilan santri yang masuk kategori istimewa lantaran bisa menghapal Alquran sebanyak 30 juz. 

"Muhammad adalah wisudawan terbaik yang termuda, baru 11 tahun. Karena sembilan penghafal Alquran itu memang luar biasa, maka dberikan hadiah berupa umrah gratis," kata Deni. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement