REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu siang, Umar bin Khattab kelelahan sebab mengurus rakyatnya seharian. Beliau pun beristirahat di atas tumpukan tanah dan kerikil dengan tubuh bersimbah keringat. Dalam episode kelelahan ini, Umar memanjatkan doa yang amat menyentuh sanubari. Beliau meminta kepada Allah SWT dengan sesuatu yang tidak banyak dilakukan oleh pemimpin lain selepasnya.
Ya Allah, pinta Umar lirih. Usiaku sudah semakin uzur, tubuhku semakin tua, dan lanjutnya terbata, Rakyatku sudah semakin banyak. Itulah kalimat yang dipilih oleh Umar dalam memanjatkan doa. Sebuah pengakuan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang memiliki sifat lemah nan tidak berdaya di hadapan Rabb-nya.
Dalam jeda, bibirnya semakin terbata melanjutkan pinta, Kembalikan aku kepada-Mu dalam kondisi tidak menyia-nyiakan mereka, dan dalam kondisi tidak termakan fitnah. Duhai, dalam lemahnya fisik yang dirasakan, beliau masih sibuk meminta sesuatu untuk rakyatnya.
Lanjutnya semakin jelas, Tetapkanlah bagiku kematian sebagai syahid di jalan-Mu, dan wafat di tanah Rasul-Mu. Beliau yang gagah perkasa itu, dengan tunduk meminta kematian di jalan Allah Ta'ala. Kemudian, sebagai wujud rindunya kepada Nabi, Umar juga memohon agar diwafatkan di tanah kelahiran Rasulullah Saw.
Doa Umar bin Khathab saat lelah mengurusi rakyat ini menunjukkan rasa tanggung jawabnya, yang begitu besar sebagai seorang pemimpin. Ia bukan memikirkan dirinya sendiri melainkan kesejahteraan rakyatnya.
Sikap Umar di atas hendaknya diteladani oleh setiap pemimpin di negeri ini. Saat letih mengurusi orang-orang yang kita pimpin, hendaknya kita memanjatkan doa agar kita diberi kekuatan untuk mengemban amanah kepemimpinan yang diberikan kepada kita dan memohon pertolongan Allah SWT, agar kita mampu mewujudkan harapan-harapan dari orang-orang yang kita pimpin sebagai wujud kecintaan kita dan sebagai rasa tanggung jawab kita kepada mereka.
Terlebih berdoa adalah perintah agama dan merupakan senjata bagi orang Mukmin untuk mengatasi kelemahan diri. Allah SWT berfirman, Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu'. (QS al-Mukmin [40]: 60).
Rasulullah Saw bersabda, Doa itu adalah senjata orang Mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi. (HR Hakim). Di sisi lain, doa seorang pemimpin sangatlah mustajab.
Rasulullah Saw bersabda, Ada tiga golongan yang doanya tidak ditolak, orang yang berpuasa hingga berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat doa mereka ke atas awan, membukakan pintu-pintu langit untuknya, dan berfirman, 'Demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu walaupun dengan selang waktu'. (HR Tirmidzi).
Dalam hadis lain, Tiga orang yang doanya tidak ditolak oleh Allah Azza wa Jalla: orang yang banyak berzikir kepada Allah, orang yang teraniaya, dan pemimpin yang adil. (HR Baihaqi).
Saat seorang pemimpin merasakan kelelahannya, kemudian ia berdoa maka doa tersebut akan menjadi charger, yang membuat semangat seorang pemimpin tumbuh dan menguat kembali serta menjadi sarana bagi seorang pemimpin, untuk tetap berada di lajur yang benar dalam memimpin rakyatnya.
Semoga dengan meneladani kepemimpinan Umar bin Khattab ini menjadikan para pemimpin kita selalu memperhatikan rakyatnya, dan tidak menyia-nyiakan rakyatnya sampai habis masa jabatannya atau sampai maut menjemputnya. Amin. Wallahu a'lam.