Senin 22 May 2017 17:02 WIB

Jokowi: Perdagangan dengan Swedia Selalu Defisit

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: M.Iqbal
Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan kenegaraan Raja dan Ratu Swedia di Istana Bogor, hari ini.
Foto: Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan kenegaraan Raja dan Ratu Swedia di Istana Bogor, hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo mengatakan Swedia merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Eropa Utara. Namun demikian, terdapat masalah dari sisi neraca perdagangan. "Indonesia selalu mengalami defisit,” kata Jokowi saat bertemu Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia dari Swedia di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (22/5).

Berdasarkan data yang dikutip dari laman Kementerian Perdagangan, total neraca perdagangan Indonesia-Swedia pada 2016 mencapai 670.871,4 ribu dolar AS. Nilai ekspor Indonesia pada tahun lalu tercatat mencapai 144.693,0 ribu dolar AS, sedangkan nilai impornya sebesar 526.178,5 ribu dolar AS.  Dengan begitu, Indonesia pun tercatat mengalami defisit hingga 381.485,5 ribu dolar AS.

Pada 2015, Indonesia juga tercatat mengalami defisit neraca perdagangan senilai 544.320,6 ribu dolar AS. Begitu pun tahun-tahun sebelumnya, yaitu 2014 defisit 513.943,6 ribu dolar AS dan 2013 defisit 663.164,2 ribu dolar AS.

Kendati demikian, dia meyakini Indonesia-Swedia masih bisa meningkatkan kerja sama ekonomi di berbagai sektor lainnya. Semisal di bidang investasi, energi, dan lingkungan hidup.

Di Bogor pula ditandatangani sejumlah dokumen kerja sama antarpemerintah kedua negara. Sejumlah kerja sama yang ditandatangani, yakni kerja sama bebas visa untuk paspor diplomatik dan dinas, serta kerja sama di bidang transportasi, navigasi udara dan bandara, dan kerja sama di bidang industri kreatif.

“Beberapa kerja sama juga ditandatangani secara terpisah, yaitu kerja sama di bidang inovasi, di bidang kewirausahaan, di bidang sains park dan pembiayaan pendidikan,” ujar Jokowi.

 

Selain itu, pemerintah Indonesia-Swedia juga membahas upaya pengembangan kerja sama di bidang energi terbarukan melalui kerja sama yang konkret.

Dukung Palestina

Menurut Jokowi, Indonesia-Swedia sendiri memiliki banyak persamaan dalam politik luar negeri yang juga berperan aktif dalam pasukan perdamaian PBB dan mendukung kemerdekaan Palestina. Bahkan, kata dia, kedua negara juga melakukan kerja sama trilateral untuk membantu Palestina sejak 2015.

“Dan kita mengutamakan penyelesaian damai dalam konflik-konflik yang ada. Hal ini tentu saja, merupakan aset yang harus dikapitalisasi,” tambahnya.

Kunjungan Raja dan Ratu Swedia ini merupakan kunjungan bersejarah lantaran menjadi kunjungan kenegaraan pertama Pemerintah Swedia ke Indonesia. Dalam kesempatan ini, sekitar 35 pimpinan perusahaan pun turut menghadiri kunjungan tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement