REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uprising, sebuah komunitas yang berisikan para pelaku di industri Electronic Dance Music (EDM) mencoba untuk terus berkegiatan. Hal ini tidak lepas dari semakin diterimanya musik EDM di masyarakat. Tidak hanya di Jakarta, namun juga ke kota-kota lainnya di Indonesia.
"Kita resmi berdiri di tahun 2013. Hingga saat ini di dalamnya sudah ada 150 produser EDM yang bergabung dari seluruh Indonesia," ujar Rene salah seorang founder dari Uprising di acara "Parte Sepa" beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Beberapa diantara nama besar yang tergabung dalam Uprising adalah seperti Dipha Barus, Jevin Julian, Mahesa Utara dan beberapa nama lainnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, dan semakin diterimanya musik EDM, Uprising mencoba memperluas jangkauan EDM. Tidak hanya berkutat pada produser EDM, tapi juga menggaet para musisi.
"Berangkat dari situ kita ingin ada movement yang lebih luas. Jadi menggabungkan antara band dengan dance music," ujar Rene.
Hal itu pun kemudian diwujudkan dalam ajang "Parte Sepa" yang berlangsung pada 17 Mei silam. Rencananya acara tersebut akan digelar secara berkala dengan menghadirkan berbagai musisi dan kolaborasi antara dance music dengan genre musik lainnya.
"Kita ingin gimana sih supaya dance music ini bisa cross genre. Nantinya di akhir tahun kami akan buat acara yang paling besar," ujar Rene.
Dengan adanya acara-acara seperti itu Rene dan rekan-rekannya berharap dapat mengedukasi market tentang musik EDM dan juga pengembangannya ke banyak industri.
"Kita ingin men-drive masyarakat bahwa EDM bukan hanya di traditional plattform audio, tapi juga bisa untuk scoring film misalnya. Untuk hal ini kita sudah kerja sama dengan PH untuk ngerjain beberapa film," kata dia.