REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman harus membantu Presiden baru Prancis Emmanuel Macron mencapai kesuksesan, kata Kanselir Angela Merkel pada Senin (22/5). Dia berharap Macron bisa mengatasi pengangguran di Prancis.
Ia menambahkan cara terbaik melawan populisme adalah dengan memecahkan masalah. Macron dijadwalkan bertemu dengan serikat tersebut pada Selasa untuk membahas reformasi perburuhan. Dia bermaksud menggunakan keputusan eksekutif segera pada musim panas ini untuk mereformasi undang-undang perburuhan di negara itu di mana pengangguran tetap tinggi pada angka 9,6 persen.
Ditanya tentang surplus perdagangan Jerman yang besar saat sebuah acara di sebuah sekolah di Berlin, Merkel mengatakan negaranya bisa menginvestasikan lebih banyak sekalipun permintaan domestik sudah menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Kanselir kanan tengah itu menambahkan alasan untuk surplus tersebut antara lain euro yang lemah karena kebijakan keuangan Bank Eropa Tengah harga minyak yang rendah. Emmanuel Macron terpilih sebagai presiden Prancis dengan menjual visi integrasi Eropa yang lebih bersahabat bagi iklim usaha, sekaligus mengalahkan Marine Le Pen, seorang ultra nasionalis yang mengancam akan membawa keluar negaranya dari Uni Eropa.
Kemenangan tokoh berhaluan tengah tersebut juga membuat sejumlah negara Eropa lain bernafas lega, setelah sempat khawatir atas kembangkitan kelompok populis sebagaimana terjadi di Inggris saat keluar dari Uni Eropa dan juga terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Mata uang euro juga mengalami kenaikan paling signifikan selama enam bulan terakhir dibanding dengan dolar AS. Macron memperoleh 66 persen suara, sementara Le Pen hanya mendapatkan kurang dari 34 persen.
Meski menang telak, perolehan Le Pen, yang maju dari jalur partai National Front, merupakan rekor tertinggi bagi partai yang memperjuangkan kebijakan anti-imigrasi tersebut. Perolehan tersebut juga menjadi tugas berat bagi Macron untuk melakukan rekonsiliasi nasional.
Tantangan terdekat Macron adalah memenangani pemilu parlemen bulan depan bagi koalisi partai pendukungnya. Presiden Prancis yang akan segera turun Francois Hollande mengatakan hasil tersebut menunjukkan mayoritas warga masih ingin bersatu dalam nilai-nilai Republik dan Uni Eropa.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan kepada Macron, "saya sangat senang dengan gagasan Anda untuk kemajuan Eropa, yang melindungi warga, yang akan dibawa dalam masa kepresidenan Anda." Di sisi lain, Macron juga telah menghubungi Kanselir Jerman Angle Merkel. Dalam pembicaraan tersebut Macron mengaku berharap bisa membangkitkan kembali poros Prancis-Jerman dalam jantung Uni Eropa.
Macron akan menjadi pemimpin Prancis termuda sejak Napoleon. Pemuda berusia 39 tahun, yang juga mantan bankir investasi itu, pernah menjabat sebagai menteri ekonomi di masa pemerintahan Hollande. Le Pen (48) menyampaikan selamat kepada Macron. Namun dia berhasil menaikkan perolehan suara sebanyak hampir dua kali lipat yang pernah diperoleh ayahnya, Jean-Marie Le Pen, yang pernah maju sebagai kandidat presiden pada 2002.
Kampanye antiglobalisasi Le Pen berhasil menarik banyak suara dari kelompok menengah ke bawah di tengah tingginya angka pengangguran, ketegangan sosial, dan ketidakstabilan keamanan di Prancis.