REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Keluarga Tori Johnson dan Katrina Dawson, dua korban meninggal saat penyanderaan kafe Sydney akhir 2014, untuk pertama kalinya menyuarakan kemarahan mereka pada taktik polisi dalam menangani kejadian tersebut.
Berbicara secara eksklusif kepada Program Four Corners ABC, mereka menyatakan sangat terpukul ketika mendengar polisi berencana masuk ke tempat penyanderaan Kafe Lindt hanya jika pelaku Man Haron Monis membunuh atau melukai sandera secara serius.
"Saya tidak bisa memaafkan mereka terkait hal itu. Saya tak akan pernah bisa mengerti bagaimana Anda bisa membuat keputusan dimana Anda menunggu seseorang meninggal terlebih dahulu. Itu di luar jangkauan saya," kata Rosie Connellan, ibu dari Tori Johnson.
Keluarga Tori Johnson selalu hadir dalam pemeriksaan kasus ini sejak dimulai pada Mei 2015.
Keputusan polisi untuk menyerbu kafe tersebut diambil hanya setelah Tori ditembak dan dibunuh oleh Monis. Pada catatan pemeriksaan penanganan kasus ini terungkap, Monis memaksa Tori dengan todongan senjata untuk berlutut di depannya.
Pada permulaan pemeriksaan, Connellan percaya peran polisi dalam peristiwa itu sangat nyata menyebabkan kematian anaknya. "Kami pikir Monis yang membunuh Tori dan, sederhana saja, polisi telah melakukan segala yang mungkin dan begitulah tadinya," katanya.
Namun bukti yang muncul saat pemeriksaan tersebut sangat mengejutkan keluarga. "Begitu terungkap, benar-benar mengerikan. Setiap hari kami berpikir ini sudah yang terburuk. Setiap hari semakin buruk - hal-hal yang terungkap dari bukti-bukti," kata Connellan.
Mendengarkan penjelasan anaknya dieksekusi oleh Monis baginya sangat menyiksa. "Setiap kali mencapai 10 menit terakhir, reaksi fisik saya sama. Saya sangat menyadari fakta Tori masih hidup pada saat itu. Sama seperti saya melangkah kembali ke malam itu setiap hari saat mendengarkannya selama pemeriksaan tersebut," katanya.
Pasangan Tori selama 14 tahun, Thomas Zinn mengatakan dia telah kehilangan kepercayaan pada polisi. "Saya tidak percaya karena ketidakmampuan (polisi) yang telah terungkap," kata Zinn.
Keluarga barista Katrina Dawson, yang terbunuh oleh tembakan polisi saat petugas menyerbu ke Lindt Cafe, menghadiri 18 bulan proses pemeriksaan guna memahami bagaimana kematian putri mereka terjadi. "Sejak awal kami memutuskan harus datang setiap hari. Harus ada unsur manusiawi yang dimasukkan ke dalam hal ini," kata Jane Dawson, ibu Katrina.
"Saya pikir keluarga Johnson mungkin merasakan hal yang sama, tapi kami merasa sangat yakin Katrina harus diwakili dan terserah pada kami untuk memastikannya," jelasnya.
Kepada program Four Corners, kedua orang tua Katrina mengakui betapa sulitnya mendengarkan rincian peristiwa dari polisi saat pemeriksaan. "Sejak awal saya katakan bahwa kami tidak menuntut pembalasan. Namun apa yang memang kami inginkan adalah keberanian mengatakan yang sebenarnya," kata Jane Dawson.
"Mengakui kesalahan kemudian membicarakan apa yang akan mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan itu," kata Sandy Dawson, ayah Katrina.
"Tapi kami tidak pernah melihat hal yang seperti itu," tambahnya.
Keluarga berharap rekomendasi pemeriksaan tersebut akan menghasilkan perubahan yang signifikan. "Saya ingin melihat pihak koroner memiliki keberanian untuk menantang pandangan alternatif tentang apa yang terjadi dan memastikan diambil hikmahnya dan bahwa hal itu menghormati kenangan tentang Katrina dan Tori," kata saudara laki-laki Katrina, Angus Dawson.
Bagi kedua keluarga korban, rasa tidak percaya itu tetap ada. "Jika tidak ada pengakuan dari pihak berwenang bahwa telah terjadi kesalahan dan bahwa kegagalan ini telah terjadi, maka pembelajaran ini tidak akan pernah terjadi dan kebiasaan ini tidak akan berubah," kata Zinn.
"Saya pikir kita semua merasa bahwa polisi hadir untuk melindungi kita semua. Bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan. Salah satu hal terburuk terkait hal ini adalah bahwa kami merasa sangat kecewa," kata Dawson.
Diterbitkan Senin 22 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di ABC News.