Selasa 23 May 2017 18:01 WIB

MUI Jabar Imbau Masyarakat Tekan Konsumsi Agar Puasa Berkah

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andi Nur Aminah
Konsumen sedang memilih-milih barang saat berbelanja kebutuhan rumah tangga (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Konsumen sedang memilih-milih barang saat berbelanja kebutuhan rumah tangga (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, KH Rachmat Syafe'i mendorong masyarakat untuk meminimalisir pembelian barang-barang konsumsi selama Ramadhan dan jelang Lebaran nanti. Hal ini dinilai sesuai dengan makna puasa yakni mengurangi konsumsi.

Kiai Rachmat mengimbau masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam membeli barang-barang kebutuhan selama puasa. Ia menekankan sesuatu yang berlebihan apalagi saat puasa adalah musuh Allah.

"Masyarakat perlu diberi pengertian antara lain tujuan puasa adalah untuk takwa. Takwa harus dipersiapkan antara lain bagaimana sikap masyarakat yang kebiasaannya konsumen meningkatkan kebutuhan. Padahal puasa itu melatih menurunkan konsumsi," kata Kiai Rachmat yang ditemui di sela-sela acara silaturahmi ulama se-Jawa Barat bersama Bank Indonesia Jawa Barat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah di Masjid Raya Bandung, Selasa (23/5).

Dengan mengurangi konsumsi, ia berharap masyarakat dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah. Yakni memperbanyak ibadah dan amalan selama Ramadhan. Selain mencapai nilai puasa yang sesungguhnya, menekan konsumsi dikatakannya juga berdampak pada stabilitas harga pangan. Sebab selama ini masyarakat kerap mengeluhkan lonjakan harga pangan saat Ramadhan dan Lebaran yang padahal terjadi salah satunya karena tingginya konsumsi warga. "Kebiasaan di masyarakat perlu diluruskan agar puasa betul-betul mendapat barokah," ujarnya.

Ia mengaku bersama para ulama lainnya siap menyosialisasikan kepada masyarakat untuk menekan pola konsumsi. Termasuk kepada para pedagang agar tidak melakukan kecurangan yang berujung pada laknat Allah sepeti menimbun barang.

"Kami akan sosialisasi ke masyarakat dalam ceramah dan pengajian. Itu harus dijelaskan bahwa puasa jangan sampai jadi membuat orang tambah banyak makan. Dilarang juga menimbun barang karena itu merugikan orang. Kami ingin mendorong bulan puasa menjadi bulan barokah untuk meningkatkan pahala," tuturnya.

Ia juga mengapresiasi pemerintah dan instansi terkait yang berupaya menekan harga. Termasuk menggandeng ulama untuk membantu menjaga stabilitas harga pangan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement