Rabu 24 May 2017 01:30 WIB

Begini Proses Penambangan Bawah Tanah

Rep: Intan Pratiwi / Red: Satria K Yudha
Tambang bawah tanah PT Freeport
Foto: REPUBLIKA/Musiron
Tambang bawah tanah PT Freeport

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses kegiatan tambang bawah tanah membutuhkan proses yang kompleks. Risiko yang dihadapi pun cukup besar apabila ada kesalahan dalam melakukannya. 

Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Ridho Kresna Wattimena menjelaskan salah satu proses kegiatan tambang bawah tanah yang menggunakan metode block caving. Dia menuturkan, kegiatan tambang diawali dengan menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral di bawah tanah, meledakkan bagian bawah badan bijih sehingga blok bijih mengalami keruntuhan. 

Kemudian batuan disalurkan secara bertahap lewat jalur terowongan yang sudah dibuat. Ruang kosong dalam proses removed memungkinkan gravitasi untuk memaksa badan bijih turun ke bawah. Tantangan yang harus diatasi adalah kestabilan batuan.

Ketika meledakkan badan bijih, batuan harus tetap dijaga keseimbangannya supaya terowongan tak runtuh. "Para pekerja di tambang bawah tanah pun harus terhindar dari bahaya luncuran lumpur basah yang dapat menimbun mereka di bawah tanah," kata Ridho, Selasa (23/5). 

Selanjutnya, ujar dia, tegangan di bawah tanah harus diatur agar jangan sampai ambruk. Ibarat meja dengan empat kaki, harus terus dibuat seimbang meski kaki meja dipotong satu per satu perlahan-lahan. "Tingkat kesulitan dan risikonya jauh melebihi metode stopping yang menarik bijih lalu mengisi kembali tanah dengan material," dia menjelaskan. 

Dia mengatakan, metode block caving dalam penambangan bawah tanah diterapkan PT Freeport Indonesia. Freeport menjadi satu-satunya perusahaan tambang yang menerapkan metode tersebut di Indonesia. Metode ini dipilih karena dinilai paling murah untuk memproduksi per ton bijih dan tidak mengganggu lingkungan.

Namun, kata dia, pengembangannya membutuhkan waktu 15 sampai 20 tahun dan belanja modalnya cukup besar hingga 70 persen sebelum dapat memasuki tahapan produksi. 

“Secara umum, metode ini membutuhkan biaya paling sedikit 10 miliar dolar AS, dan kegiatan produksi  penambangannya tidak boleh terhenti, karena bila terhenti maka akan terjadi  peningkatan tegangan dan mengakibatkan runtuhnya terowongan," kata dia. 

Bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan terhentinya kegiatan tambang di bawah tanah, lanjut Ridho, akan meyebabkan kerugian yang sangat besar. Cadangan akan hilang dan tidak akan kembali lagi seperti semula karena bijih mineral yang sudah diberaikan akan terkompakkan kembali. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian triliunan rupiah atas investasi yang ditanamkan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan terowongan akibat konsentrasi tegangan dalam waktu yang lama.

Risiko ini sudah pernah dialami Freeport saat kehilangan cadangan ketika tahun 2011 para pekerja di tambang bawah tanah melakukan mogok kerja selama berbulan-bulan. 20 persen cadangan di bawah tanah tak bisa diambil lagi karena sudah terkompakkan kembali. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement