REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault menjelaskan bahwa bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai masalah seperti korupsi, disintegrasi, LGBT, daya saing bangsa, narkoba, tawuran, dan lain-lain. Menurut dia, solusi untuk mengatasi masalah itu adalah Pancasila. Ini disampaikan Adhyaksa Dault saat menjadi pembicara Seminar Nasional yang diselenggarakan Kemendikbud RI. Seminar dengan tema "Kebhinnekaan di atas Keberagaman" ini dilaksanakan di Auditorium Museum Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Selasa, (23/5).
“Masalah Indonesia ini banyak. Ada masalah korupsi, LGBT, disintegrasi, daya saing bangsa, tawuran, narkoba, dan lainnya. Solusinya masalah itu ya Pancasila,” ujarnya, di lokasi seminar, Jakarta, Selasa (23/5).
Menurut Ketua Umum DPP KNPI 1999-2002 ini, masyarakat Indonesia tak boleh terkotak-kotak berdasarkan daerah dan lain-lain. Pasalnya, masyarakat Indonesia memiliki rumah besar yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus dijaga dan dirawat.
"Kita ini punya rumah besar, ada kamar 34 provinsi dan lain-lain. Nah, kita punya tugas, kita tidak boleh lupa bahwa kita satu rumah besar yaitu NKRI," terangnya.
“Sejak reformasi, banyak yang memikirkan kamarnya sendiri-sendiri dan eksklusif. Padahal, kebhinnekaan dalam keberagaman itu haruslah inklusif,” tambahnya.
Sementara itu, terhadap kebhinnekaan tersebut, Prof Hasjim Jalal berpesan agar masyarakat Indonesia tidak boleh melupakan tiga prinsip penting dalam berbangsa dan bernegara. Tiga prinsip itu, menurut dia, adalah hal fundamental.
"Pertama, satu bangsa. Bagaimanapun banyaknya daerah, kita satu bangsa. Kedua, satu negara. Bagaimanapun banyaknya pulau, kita satu negara. Ketiga, satu nusa," katanya, di lokasi seminar, Selasa (23/5).
"Bervisi jangka panjanglah. Karena perjuangan tidak hanya satu, dua atau lima tahun. Apalagi kita punya banyak potensi, kekayaan alam, kedaulatan di laut dan udara," jelasnya.
Sebagai informasi, seminar nasional ini dihadiri oleh 150 peserta, yang berasal dari komunitas sejarah dan pecinta museum, instansi terkait, guru-guru SMP dan SMA se-DKI. Hadir juga civitas akademika kampus dari berbagai daerah.
Selaim Adhyaksa dan Hasjim Jalal, hadir juga menjadi pembicara dalam seminar itu adalah Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Rushdy Hoesein, Joko Marihandono dan Wardiman Djojonegoro.