REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian menargetkan industri baja dalam negeri dapat memproduksi 10 juta ton baja pada 2025. Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, untuk mendukung target tersebut, saat ini tengah dibangun klaster industri baja di Cilegon, Banten oleh PT Krakatau Steel yang bekerjasama dengan perusahaan baja asal Korea, Posco.
Putu optimistis target itu dapat terealisasi mengingat pertumbuhan ekonomi nasional yang terus mengalami perbaikan. Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I tahun 2017 sebesar 5,01 persen atau naik dibandingkan pertumbuhan kuartal I-2016 sekitar 4,92 persen. Pemerintah juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 akan lebih tinggi di kisaran 5,2-5,4 persen.
"Kemenperin melihat pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan sinyal positif bagi perkembangan pasar baja domestik," kata Putu, lewat keterangan resmi pada Republika.co.id, Rabu (24/5).
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KS), Mas Wigrantoro Roes Setyadi mengatakan, kawasan industri Krakatau Steel di Cilegon saat ini ditempati oleh PT KS dan PT Krakatau Posco, yakni perusahaan patungan PT KS dan Posco. Saat ini, kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT Krakatau Posco telah mencapai 4,5 juta ton. Ia memperkirakan kapasitas produksi itu segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik baru berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir 2019 mendatang.
"Total akan mencapai 6 juta ton. Artinya, hanya perlu menambah 4 juta ton lagi untuk mencapai proyek 10 juta ton dari klaster tersebut," kata Wigrantoro.
Klaster baja Cilegon ini bakal menghasilkan baja gulungan untuk konstruksi, baja lembaran untuk peralatan rumah tangga, perkapalan, mobil, hingga baja lembaran berkualitas tinggi. Pendirian klaster industri baja yang akan selesai di 2025 tersebut diproyeksikan dapat menggantikan kebutuhan baja impor hingga 70-80 persen.
Sementara itu, CEO Posco Ohjoon Kwon mengatakan, klaster 10 ton baja dapat memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 420.000 orang sekaligus mendorong produksi sebesar 6,8 miliar dolar AS dengan peningkatan PDB sekitar 0,4 persen. Kemenperin mencatat konsumsi baja nasional pada tahun 2016 meningkat tajam sebesar 12,67 juta ton setelah sebelumnya mengalami penurunan di tahun 2015 yang hanya mencapai 11,37 juta ton.