REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Komisaris Polisi New South Wales (NSW), Mick Fuller mengakui petugas bersenjata pada peristiwa pengepungan Café Lindt, Sydney pada 2014 seharusnya dikirim lebih awal untuk menyelamatkan para sandera dan tidak menunggu sampai Tori Johnson ditembak dan dibunuh.
Pengakuan mencengangkan ini terungkap setelah berlangsungnya pemeriksaan selama 18 bulan mengenai pengepungan tersebut. Pemeriksa Koroner, Michael Barnes telah mengumumkan temuan dari pemeriksaan yang panjang itu dan mengatakan polisi menunggu terlalu lama untuk menyerbu masuk ke kafe tersebut setelah tembakan pertama dilakukan pada pukul 02.03 dini hari.
"Kami memang seharusnya menyerbu masuk lebih awal," kata Komisaris Mick Fuller kepada program Four Corners, ABC.
"Kami harus menerobos masuk pada saat kami memiliki rasa mampu mengendalikan situasi, ketimbang menyerbu masuk ketika kami tidak tahu di mana dia berada, tidak tahu di mana para sandera yang lain berada - itu akan menjadi salah satu saat yang paling berbahaya untuk menyerbu masuk."
Selama pemeriksaan terhadap operasi pengepungan itu, beberapa komandan polisi membela keputusan tidak memasuki Cafe Lindt saat situasi memburuk, terutama saat pria bersenjata Man Haron Monis berulang kali mengklaim memiliki bom di ranselnya.
Baru setelah pukul 02.00 pagi, Tori Johnson dipaksa berlutut oleh pelaku penyanderaaan Monis, yang melepaskan peluru dari senjata tangan semiotomatisnya di atas kepala Tori Johnson. Komisaris Fuller mengatakan polisi seharusnya masuk ke Café Lindt setelah tembakan pertama dilepaskan: "Jawaban untuk pertanyaan ini sangat sulit bagi saya, tidak ada yang lain kecuali kami memang melakukan kesalahan.”
"Ada harapan dari masyarakat, dan saya pikir hal itu sangat adil, bahwa kami akan menunjukkan kekuatan dalam situasi seperti itu di masa depan. Tantangannya tentu saja adalah bahwa hal itu tidak menjamin tidak akan ada nyawa yang hilang," katanya.
Komandan unit taktis pada hari pengepungan tersebut mendorong atasannya menyetujui rencana upaya-upaya awal untuk menyelamatkan para sandera. Namun usulan itu ditolak. Mark Jenkins adalah komandan polisi yang membawahi seluruh petugas yang terlibat pada akhir pengepungan.
Mick Fuller mengatakan dalam pemeriksaan tersebut: "Pada tahap itu kami berpikir sangat mungkin orang ini menggunakan bom rakitan di punggungnya, sehingga setiap rencana untuk memaksa masuk ke kafe, apakah itu berupa rencana tindakan darurat atau sebuah tindakan yang disengaja, kami pikir tindakan seperti itu kemungkinan besar akan mengakibatkan hilangnya nyawa. Itulah sebabnya kami menerapkan strategi kontra dan negosiasi."
Komandan selanjutnya yang bertugas di menit-menit terakhir pengepungan tersebut juga mengatakan dirinya tidak memerintahkan tindakan darurat untuk mengirim polisi secara paksa masuk ke dalam kafe karena takut ada bom.
"Saya mengirim polisi-polisi itu untuk mati. Saya benar-benar bersiap bom itu akan meledak saat penyerbuan berlangsung dan saya akan kehilangan semua anggota polisi taktis ... saya akan kehilangan semua sandera," ungkapnya dalam pemeriksaan tersebut.
Man Haron Monis menembak dan membunuh Tori Johnson pada pukul 02.13 pagi. Polisi membunuh Monis sesaat setelah memasuki kafe tersebut dan, dalam kekacauan yang terjadi akibat pengambilan tindakan darurat tersebut, sandera Katrina Dawson juga tewas oleh pecahan peluru polisi.
Posisi psikiater 'di bawah peninjauan'
Selama pengepungan berlangsung, komandan polisi sangat bergantung pada seorang psikiater yang dibawa masuk untuk memberi saran kepada negosiator. Komisaris Fuller mengatakan apakah psikiater akan bekerja sama dengan polisi di masa depan masih "sedang diperiksa". Selama pemeriksaan, psikiater tersebut mengakui pengetahuannya tentang Negara Islam (ISIS) belum diperbaharui.
Meskipun demikian, dia memberi tahu komandan polisi saat pengepungan Monis tidak menunjukkan tanda-tanda melakukan metodologi ISIS dan hanya mencari perhatian. "Tidak ada orang yang bisa mempengaruhi seorang komandan untuk mengambil keputusan," kata Komisaris Fuller.
"Saya pikir pada saat dia dianggap sebagai ahli di bidang ini dan ... kami juga belum pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya sehingga [komandan] mungkin terlalu banyak mengandalkan saran dan bimbingannya."
Pada saat melakukan penyanderaan Monis sedang mendapat jaminan pembebasan atas kasus ikut membantu pembunuhan dan juga telah dikenai hukuman atas 43 kasus serangan seksual. Pada pemeriksaan tersebut, psikiater itu meremehkan kekerasan atas serangan tersebut, dan berulang kali menggambarkannya sebagai "tindakan rayuan".
Komisaris Fuller mengatakan bahwa pandangan tersebut tidak sesuai dengan pemikiran Polisi NSW tentang serangan seksual. "Bukan kekerasan seksual, bukan kekerasan dalam rumah tangga, tidak ada kekerasan terhadap perempuan atau masyarakat," katanya.
"Maksud saya, ini bahasa yang tidak akan Anda pernah anda dengar selama 20 tahun terakhir. Orang akan memberi anda saran yang buruk saat sebuah operasi berlangsung dan saya sendiri telah diberi nasehat buruk seperti itu. Anda harus berani menyaringnya," kata Komisaris Fuller.
Perubahan prosedur
Pada saat berlangsungnya pengepungan di Cafe Lindt Sydney, Mick Fuller memimpin Wilayah Metropolitan Pusat dan merupakan petugas yang bertanggung jawab dalam menanggapi laporan penyanderaan ini selama periode satu jam pertama dari kejadian tersebut. "Pada tahap itu, perlu terjadi tindakan seperti ada peluru yang ditembakan atau ada tindakan kekerasan lainnya yang dapat menjadikan dasar alasan bagi saya untuk melakukan apa yang dikenal sebagai 'tindakan darurat'," katanya.
"Saya diberitahukan oleh komandan taktis bahwa mereka siap untuk dikerahkan dan jika terjadi penembakan, mereka akan menyerbu masuk, dan saya mendukung rencana itu."
Ketika Komisaris Polisi ketika itu, Andrew Scipione mengumumkan peristiwa penyanderaan itu merupakan sebuah peristiwa serangan teroris, Mick Fuller kemudian digantikan oleh Asisten Komisaris, Mark Murdoch.
Pemicu utama dilakukannya tindakan darurat adalah polisi hanya akan menyerbu masuk ke dalam kafe sebagai tindakan untuk merespons kematian atau luka serius yang dialami seorang sandera. Selama pemeriksaan, polisi berpendapat ancaman kematian atau cedera yang akan segera terjadi pada sandera juga merupakan bagian dari 'pemicu'.
Sementara tidak ada referensi untuk 'pemicu' sekunder ini oleh para komandan pada hari pengepungan tersebut berlangsung, pemeriksa Michael Barnes menyimpulkan dalam temuan penyelidikannya Rabu (24/5) bahwa pihaknya menemukan pemicu sekunder terjadi dalam proses tersebut.
"Keadaan darurat hanya diaktifkan setelah pemicu utama tercapai," katanya.
"Prosedur tindakan darurat seharusnya mulai dilakukan setelah tembakan pertama dilepaskan Monis pukul 02.03." kata Penyidik koroner, Michael Barnes.
"Sepuluh menit yang berlalu tanpa ada tindakan tegas oleh polisi itu waktu yang terlalu lama. Sementara itu, Tori Johnson dieksekusi sebelum keputusan memasuki kafe itu dibuat," kata NSW Coroner.
Mick Fuller dipromosikan menjadi Komisaris Polisi NSW pada Maret 2017. Dia berencana memberdayakan para komandan untuk menyetujui serangan sebagai upaya awal dalam kejadian teroris di masa depan.
"Saya akan memastikan tindakan darurat di masa depan bukan hanya dipicu oleh kematian dan cedera serius, namun ada serangkaian tindakan yang masuk akal yang akan memberi kepercayaan kepada polisi untuk beraksi," kata Komisaris Fuller.
"Di masa depan, Saya akan kecewa jika tindakan darurat tersebut tidak memasukkan beberapa tindakan spesifik yang akan menjadi tindakan pencegahan tindakan darurat ... sebuah ancaman, sebuah tembakan yang dilepaskan, mungkin tidak di sekitar seseorang tapi sebuah tembakan telah dilepaskan.”
Diterjemahkan pukul 15.00 WIB, 24/5/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.