REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kewajiban menjaga kelestarian lingkungan sering kali terabaikan. Bahkan sebagian masyarakat tak malu membuang sampah sembarangan atau menebang pohon di hutan. Kondisi ini menimbulkan keperihatinan tersendiri.
Oleh karenanya, sejak 30 tahun lalu, PP Muhammadiyah mendirikan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) untuk menjaga keasrian alam dan kelangsungan hidup manusia. Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah, Agung Danarto, mengemukakan menjaga kelestarian lingkungan hidup merupakan bagian dari pengamalan ajaran Islam.
“Maka itu kami punya komitmen agar manusia bisa bersahabat baik dengan alam. Salah satunya dengan memelihara lingkungan,” kata Agung, pada Republika.co.id saat ditemui di Kantor Pusat PP Muhammadiyah di Jalan Cikditiro Kota Yogyakarta, Selasa (23/5).
Dalam setiap program pelestarian lingkungan, ujarnya, Muhammadiyah selalu berusaha melibatkan masyarakat luas. Pasalnya, menjaga keasrian alam harus didasari oleh kesadaran dari masyarakat setempat. Maka itu, kata Agung, program menjaga lingkungan tidak hanya berkaitan dengan kegiatan penghijauan atau bersih-bersih. Tapi juga terkait membentuk sudut pandang masyarakat terhadap lingkungan.
Saat ini, paparnya, Muhammadiyah memiliki beberapa sasaran di bidang lingkungan hidup. Salah satu yang menjadi fokus utama adalah wilayah bantaran sungai. Muhammadiyah berusaha untuk membina masyarakat agar mampu mengelola sungai dengan baik. “Karena sungai merupakan sumber kehidupan, jadi tidak boleh dicemari,” ujar Agung.
Menurutnya, belakangan ini pola hidup masyarakat di sekitar sungai sangat menyedihkan. Banyak yang buang sampah sembarangan, termasuk menjadikan sungai sebagai drainase akhir limbah rumah tangga.
Pengelolaan sampah juga menjadi fokus kerja Muhammadiyah. Melalui MLH, Muhammadiyah mulai menggencarkan gerakan sedekah sampah. Agung menjelaskan, pada dasarnya gerakan tersebut tidak jauh berbeda dengan program bank sampah.
Namun ada semangat spiritual yang dimasukkan ke dalamnya. “Kalau Bank Sampah kan tidak begitu mengena bagi masyarakat kalangan menengah ke atas,” ujar Agung. Pasalnya uang hasil menukar sampah masih terlalu kecil, sehingga tidak begitu signifikan bagi mereka.
Namun ketika ada nilai-nilai keagamaan yang disisipkan, harapannya masyarakat dari kalangan menengah ke atas dapat lebih bersemangat dalam mengelola sampah di sekitar lingkungan. Karena melalui sedekah seseorang akan memperoleh catatan amal saleh yang tidak ternilai oleh uang.
Di sisi lain, Muhammadiyah juga tetap konsisten dengan gerakan penghijauan. Agung mengakui, untuk melancarkan semua program tersebut, tentunya Muhammadiyah menghadapi berbagai kendala. Terutama terkait dengan pemahaman masyarakat.
“Memang butuh waktu panjang untuk menyadarkan masyarakat. Perlu pendekatan yang sistemik juga,” kata Agung.
Namun demikian Muhammadiyah terus berusaha mencapai misi untuk melestarikan lingkungan hidup agar eksistensi peradaban manusia dan keturunannya bisa terus terjaga.
Ketua MLH Muhammadiyah Muhyidin Mawardi menambahkan sejauh ini Muhammadiyah selalu berusaha melibatkan masyarakat, perguruan tinggi, pemerintah, dan berbagai organisasi untuk ikut serta menjaga lingkungan. Sebab gerakan menjaga alam sendiri akan sangat sulit dilakukan jika hanya dilakukan oleh satu pihak.
“Makanya kita butuh sinergi. Kerja sama ini (melestarikan lingkungan) sudah lama dilakukan Muhammadiyah sejak lama. Intinya kita ingin membentuk kesadaran masyarakat, tapi memang butuh proses,” ujar Muhyidin.
Di luar mengedukasi masyarakat, lanjutnya, sebenarnya ada hal yang lebih penting lagi untuk dilakukan, yakni mengedukasi warga Muhammadiyah sendiri. Setelah warga Muhammadiyah memahami bagaimana pentingnya menjaga alam, dakwah menjaga lingkungan pun dapat disiarkan ke masyarakat luar dengan leluasa.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook