REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Fauzi Baadila didapuk sebagai tokoh utama film 212, The Power of Love tentang Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 atau yang populer dijuluki 212. Ia berperan sebagai Rahmat, seorang jurnalis skeptis yang turut serta dalam aksi tersebut.
"Karakter saya bisa dibilang karakter abu-abu yang tercerahkan. Tokoh Rahmat ini menurut saya mewakili umat Muslim yang masih abu-abu," kata pemeran 37 tahun kelahiran Kairo, Mesir, itu.
Rahmat yang bersikap skeptis terjebak mengikuti Aksi 212 karena menemani sang ayah yang sakit-sakitan. Jika ayahnya berpartisipasi dengan tujuan membela Alquran, Rahmat mulanya justru menganggap Aksi 212 semata gerakan politik menunggangi umat Islam.
Selama perjalanan long march, tokoh Rahmat menjumpai banyak kisah menyentuh hati yang menunjukkan kekuatan cinta. Membaca skenario yang ditulis Ali Eounia, Jastis Arimba, dengan supervisi Helvy Tiana Rosa itu, Fauzi tidak pikir panjang untuk menerima tawaran tersebut.
Peran sebagai Rahmat disebutnya sebuah tanggung jawab berat karena ia membawa nama banyak pihak, termasuk sebagai jurnalis dan Muslim. Penokohan wartawan dianggapnya ideal karena profesi itu banyak menyerap informasi dan terbiasa objektif menyikapi permasalahan.
Pemeran Seno di film Rindu Kami PadaMu 2004 silam itu menyatakan tidak ingin menambah gesekan melalui keterlibatannya dalam film. Ia mengecek langsung kepada berbagai pihak yang terlibat dan berdiskusi mengenai konten secara keseluruhan agar yakin film memang membawa kedamaian.
"Insya Allah bakal jadi film damai. Saya tahu rasanya cinta agama dan ini sesuai dengan keyakinan saya. Harapannya semoga ghirah terhadap agama bertambah, dan mengabadikan semangat saudara-saudara yang ikut aksi damai ini," ujarnya.