REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia menginisiasi gerakan 'Hemat Air Wudhu' di sepuluh masjid di Kota Depok, Jawa Barat. Selain mengajarkan penerapan syariat Islam tentang tata cara wudhu yang benar, gerakan ini juga menjadi bentuk komitmen pada kelestarian lingkungan.
Ketua Tim Peneliti, yang juga staf pengajar Sastra Arab UI Fauzan Muslim, mengatakan ketersediaan air di dalam tanah dari tahun ke tahun semakin berkurang. Ketika eksploitasi air tanah dilakukan secara berlebihan, krisis air akan terjadi dimana-mana. Gerakan 'Hemat Air Wudhu' ini mengajak orang untuk mulai memerhatikan kelestarian lingkungan, dimulai dari hal paling sederhana.
Seorang Muslim paling tidak melakukan shalat lima kali dalam sehari. Penghematan air wudhu sangat berdampak pada stok air. "Kami mengadakan sosialisasi dan pemasangan alat penghemat air di keran-keran di masjid-masjid. Karena, selama ini jamaah yang wudhu itu menggunakan air lebih banyak terbuangnya daripada terpakainya," ujar Fauzan Muslim, kepada Republika.co.id, Kamis (25/5).
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Fauzan menerangkan, volume air yang terpakai untuk wudhu oleh jamaah rata-rata 3-4 liter dalam 3 menit. Dengan alat penghemat air ini, debit air yang keluar dari keran dapat diatur lebih kecil. Penggunaan air wudhu dapat dihemat menjadi sekitar 1 liter. Dalam jumlah besar, akan terlihat penghematan jumlah airnya.
"Bisa hemat sampai 40 persen, bahkan 50 persen," ucap Fauzan. Ia mencontohkan, apabila sebuah masjid mempunyai tampungan air dengan volume 1.000 liter, dalam kondisi normal hanya dapat menyediakan kebutuhan wudhu untuk 200 orang. Dengan penghematan air ini, diharapkan bisa digunakan untuk 1.000 orang.
Rencananya, menurut Fauzan, gerakan Hemat Air Wudhu ini akan dilakukan di sepuluh masjid di dua kecamatan di Kota Depok, Jawa Barat yakni Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Beji. Jika mendapat sambutan positif, diharapkan dapat diterapkan di masjid-masjid besar di luar Kota Depok, termasuk DKI Jakarta.
Pemasangan alat penghemat air ini sudah dilaksanakan untuk pertama kalinya pada Rabu (24/5) di Masjid Balaikota Depok, kemudian menyusul Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia pada Senin (29/5) depan. Targetnya, pemasangan di sepuluh masjid akan dilakukan sampai Juli 2017. Bulan Ramadhan dimanfaatkan sebagai momentum melakukan sosialisasi hemat air.
Fauzan mengungkapkan, gerakan 'Hemat Air Wudhu' ini juga menjadi solusi keterbatasan air di masjid. Ia menuturkan, kerapkali ada kejadian jamaah shalat tidak kebagian air wudhu. Di Masjid Ukhuwah Islamiyah UI misalnya, jamaah shalat Jumat yang datang akhir-akhir acapkali tidak kebagian air. Jumlah mahasiswa UI yang shalat ribuan, sementara ketersediaan air terbatas.
Gerakan ini merupakan wujud pengabdian FIB UI kepada masyarakat. Karena itu, pemasangan alat penghemat di sepuluh masjid ini tidak dikenakan biaya. Prodi Sastra Arab FIB UI bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Podomoro Jakarta dalam pembuatan alat penghemat air. Fauzan mengatakan, alat penghemat air diciptakan oleh peneliti dari Prodi Teknik Lingkungan Universitas Podomoro.
Fauzan mengungkapkan, gerakan 'Hemat Air Wudhu' ini memerlukan pemahaman dari pengurus dan jamaah masjid. Selama masa transisi, tidak mustahil akan ada jamaah yang panik menyangka kran rusak dan sebagainya. Yang biasanya wudhu dengan air berlimpah, kini terbatas. Karena itu, diperlukan sosialisasi di tempat-tempat wudhu bahwa masjid tersebut sudah dipasangi alat penghemat air.
"Tetap memenuhi syarat untuk wudhu, hanya perlu sosialisasi karena wudhunya yang biasanya boros air, mungkin butuh agak lebih lama. Wudhu tidak harus berlebihan. Karena, ukuran wudhu itu hanya satu mud di dalam ilmu fiqih, satu mud itu kira-kira satu liter sampai 1,5 liter. Cukup itu," ujar Fauzan. Lebih lanjut, Fauzan mengatakan, gerakan ini dilaksanakan sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat UI Peduli Lingkungan.