REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto mengutuk keras serangan bom bunuh diri yang terjadi di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Rabu (24/5) malam lalu. Menurut dia, aksi bom di Kampung Melayu memiliki kesamaan karakter dengan aksi bom yang ada di Manchester.
“Aksi bom di Manchester Inggris dan di Kampung Melayu walaupun pelakunya berbeda namun memiliki kesamaan karakter, yaitu pertama untuk menunjukkan eksistensi mereka dan yang kedua untuk membuat korban sebesar-besarnya serta pada akhirnya mengancam eksistensi negara,” kata Menko Polhukam Wiranto saat ditemui di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, usai menghadiri Pertemuan Pejabat Tinggi yang Bertanggungjawab Terhadap Masalah Keamanan di Arab Saudi dan di Rusia, Kamis (25/5).
Pertemuan dihadiri Menko Polhukam dan Kepala BNPT tersebut, kata Wiranto, pada intinya menggunakan semua negara untuk menggalang kerja sama penanggulangan terorisme yang sudah dianggap musuh bersama. Terkait perkembangan konsolidasi ISIS di kepulauan Sulu Filipina Selatan, Menko Polhukam mengatakan bahwa Indonesia dan Australia dari awal sudah mewaspadai informasi mengenai pengembangan ISIS yang menggunakan konsep divergensi yaitu, menyebarkan kekuatan ke semua wilayah setelah basis ISIS di Suriah digempur.
Untuk itu, kata dia, Indonesia dan Australia sepakat untuk menggalang kerja sama yg lebih kuat untuk menetralisasi konsolidasi ISIS di sekitar perairan Sulu. Dia menyebutkan negara yang akan tergabung dalam kerja sama tersebut yaitu Indonesia, Australia, Selandia Baru, Malaysia, Brunei, dan Filipina.
“Negara-negara ini bersama-sama fokus untuk menangani kemungkinan adanya pengembangan ISIS di Asia Tenggara, khususnya di perairan Sulu atau di Filipina Selatan,” kata Menko Polhukam.