Sabtu 27 May 2017 07:55 WIB

Rex Tillerson Tolak Acara Sambut Ramadhan di Kemenlu AS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menolak mengadakan acara menyambut bulan suci Ramadhan yang biasa dilakukan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS. Penolakan ini melanggar tradisi tahunan di Kemenlu AS yang telah berjalan selama hampir 20 tahun.

Sejak 1999, Menlu AS dari Partai Republik atau Partai Demokrat hampir selalu menyelenggarakan iftar atau buka puasa bersama di hari pertama Ramadhan bagi umat Muslim. Kemenlu AS juga selalu menyediakan acara makan-makan untuk menyambut raya Idul Fitri di akhir Ramadhan.

Mantan Menlu AS Madeleine Albright memulai tradisi menyambut Ramadhan 18 tahun lalu di Kemenlu AS. Ia menjadi tuan rumah bagi para diplomat Muslim dalam acara buka puasa bersama dan memberikan sambutan tentang makna Ramadhan.

Perayaan Ramadhan dan Idul Fitri di Kemenlu AS biasanya diselenggarakan di ruang Benjamin Franklin. Tak hanya merayakan Idul Fitri, Menlu AS sebelumnya juga sering merayakan Idul Adha, hari raya terbesar kedua umat Muslim.

Namun kali ini Tillerson menolak permintaan dari Kantor Urusan Agama dan Kantor Urusan Luar Negeri di Kemenlu AS untuk menyelenggarakan perayaan Ramadhan. Informasi ini diberikan oleh dua pejabat AS yang menolak diidentifikasi karena mereka tidak diberi wewenang untuk berbicara secara terbuka.

Penolakan Tillerson menunjukkan, tidak akan ada acara untuk menyambut Ramadhan dan merayakan Idul Fitri tahun ini di Kemenlu AS. Padahal Kantor Urusan Agama dan Kantor Urusan Luar Negeri telah mengirimkan memo khusus kepada Tillerson sejak 6 April lalu. "Beberapa minggu kemudian, kantor tersebut dan kantor lainnya di Kemenlu diberitahu bahwa Tillerson menolak permintaan itu," kata beberapa pejabat AS.

Dalam memo itu, Kantor Urusan Agama dan Kantor Urusan Luar Negeri meminta Tillerson untuk menyampaikan sambutan dalam acara menyambut Ramadhan. Acara tersebut berfungsi untuk menyoroti inisiatif Kemenlu AS dan menunjukkan pentingnya keterlibatan Muslim.

"Kami masih mempertimbangkan kemungkinan untuk merayakan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya Ramadhan. Duta Besar AS diharapkan dapat merayakan Ramadhan melalui berbagai kegiatan di seluruh dunia," ujar salah seorang juru bicara Kemenlu AS, saat dimintai tanggapan mengenai penolakan Tillerson tersebut.

Anggota Kongres, tokoh masyarakat sipil, tokoh masyarakat Muslim, para diplomat dari negara-negara Muslim, dan pejabat senior AS biasanya menghadiri acara Ramadhan yang diselenggarakan Kemenlu AS. Acara ini menjadi simbol diplomatik pemerintah AS dengan negara-negara dan warga Muslim.

"Jika Tillerson menghindari acara tahunan ini, ia mengirim pesan bahwa pemerintahan Trump tidak mementingkan Muslim," kata mantan diplomat AS, Farah Pandith. Pandith bertugas di pemerintahan Presiden George W Bush dan Barack Obama dan pernah membantu merencanakan acara Ramadhan di Gedung Putih dan Kemenlu AS.

Beberapa kelompok Muslim-Amerika terkemuka di wilayah Washington mengatakan, mereka belum menerima undangan dari Kemenlu AS untuk Ramadhan tahun ini. "Jika mereka menyelenggarakannya, kami belum diundang," kata Rabiah Ahmed, juru bicara Dewan Urusan Publik Muslim di Washington.

Tillerson telah mengeluarkan sebuah pernyataan pada Jumat (26/5) untuk menyambut dimulainya Ramadhan. Ia menyebut bulan ini sebagai bulan yang penuh penghormatan, kemurahan hati, dan refleksi diri. "Yang terpenting, ini adalah waktu yang tepat bagi keluarga dan teman untuk berkumpul dan memberi sedekah kepada orang-orang yang kurang beruntung," kata dia.

Aktivis Muslim menuduh pemerintahan Presiden Donald Trump memiliki sikap tidak bersahabat terhadap Islam. Hal itu awalnya ditunjukkan oleh upaya Trump untuk melarang warga negara dari beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim untuk memasuki AS.

Pemerintahan Trump mengaku mereka sangat menentang ISIS, tapi tidak memiliki pertengkaran dengan Islam. Kunjungan Trump bulan ini ke Arab Saudi dan pidatonya di depan 50 pemimpin negara Muslim dianggap sebagai bukti dari pernyataan itu.

Kemenlu AS banyak merayakan tradisi keagamaan lainnya. Pada 2014, Menlu John Kerry menjadi tuan rumah perayaan pertama di Kemenlu untuk menyambut hari Diwali, festival agama Hindu. Gedung Putih juga setiap tahun menyelenggarakan acara Natal dan Paskah, serta menyediakan makan malam Seder untuk merayakan hari Paskah Yahudi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement