REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mendukung penerapan teknologi nuklir untuk tujuan damai termasuk program pembangunan yang mendatangkan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat.
Dukungan itu disampaikan Duta Besar RI untuk Austria Darmansjah Djumala selaku Wakil Tetap RI yang terakreditasi pada IAEA saat menyerahkan surat kepercayaan (credentials) sebagai wakil tetap di Wina untuk Badan Tenaga Atom Internasional kepada Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano di Sekretariat Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) Wina, Austria.
Duta Besar Djumala menyampaikan pentingnya Indonesia dan IAEA untuk terus meningkatkan kerja sama terutama di bidang aplikasi IPTEK nuklir untuk mendukung program pembangunan. "Khususnya pada sektor-sektor yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas, seperti pertanian, kesehatan, teknologi irradiasi, dan penanggulangan dampak bencana alam dan tsunami," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (27/5).
Selain itu, Djumala menekankan pula pentingnya sinergi antara Indonesia dengan IAEA untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai pemanfaatan IPTEK nuklir untuk tujuan damai. Dengan begitu, kata dia, kedepan produk yang dihasilkan melalui IPTEK nuklir seperti produk pangan dan pertanian tidak hanya terbukti keunggulannya secara ilmiah namun juga kompetitif di pasar.
"Dengan demikian, manfaatnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Ini yang diharapkan dari diplomasi dan kerja sama multilateral yang bersifat membumi," katanya.
Direktur Jenderal IAEA menyambut hangat kedatangan Duta Besar Djumala di Wina, serta menyatakan kesiapan IAEA untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di bidang aplikasi IPTEK nuklir untuk pembangunan. Gagasan tersebut dinilai sejalan dengan misi IAEA untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Direktur Jenderal IAEA juga menyampaikan apresiasi atas peranan penting Indonesia di IAEA dan berbagai kontribusi Indonesia dalam mendukung kinerja IAEA, seperti transfer teknologi nuklir kepada negara-negara lain di kawasan, antarnegara berkembang dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan melalui program RCBI (Regional Capacity Building Initiative), dan bantuan untuk renovasi laboratorium IAEA di Seibersdorf.
IAEA adalah sebuah organisasi independen yang didirikan pada 29 Juli 1957 dengan tujuan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai serta menangkal penggunaannya untuk keperluan militer. IAEA berfungsi sebagai forum antarpemerintah untuk kerja sama ilmiah dan teknis dalam penggunaan teknologi nuklir dan tenaga nuklir secara damai di seluruh dunia.
Sekretariat IAEA berada di Wina, Austria, sedangkan jumlah anggotanya 168 negara. KBRI/PTRI Wina memiliki peranan penting dalam mewujudkan prioritas-prioritas tersebut mengingat ruang kerja KBRI/PTRI Wina di samping bilateral juga meliputi kerja sama multilateral terkait pemanfaatan IPTEK nuklir untuk tujuan damai dan perlucutan senjata nuklir bagi perdamaian dunia.