REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN – Pelatih Persiba, Milomir Seslija mengingatkan timnya bahwa bermain di depan publik sendiri di Balikpapan bisa menjadi beban apabila tidak disikapi dengan benar. "Sebab bermain di kandang wajar ditargetkan menang dan itu bisa jadi beban bagi skuat muda seperti Persiba saat ini," kata Pelatih Milo di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (27/5).
Rata-rata usia para pemain Persiba sekarang 24-25 tahun dan sebagian besar baru merasakan atmosfer pertandingan level tertinggi sepak bola Indonesia. Kecuali Absor Fauzi, Dirkir Khon Glay, Siswanto, dan Frenky Turnando, pemain-pemain seperti Alfath Fahtier, Satrio Syam, Ardhi Yanuar, Masahito Nato, Ridho Nurcahyo, Robi Kriswantoro, Tedi Hasanuddin, Bryan Cesar, Ilham Irhaz, Achmad Hisyam Tole baru kali ini main di kompetisi liga utama.
Atas alasan itu, Milo meminta Dirkir dan kawan-kawan tidak melihat main di Stadion Parikesit sebagai beban. Namun, justru menjadikan dukungan moril saat bermain kandang. “Dukungan untuk bermain dan mengeluarkan kemampuan terbaik, dukungan untuk menang," kata Milo.
Di sisi lain, bermain di depan penonton Balikpapan dan suporter fanatik seperti Balistik sudah jadi kerinduan skuad Beruang Madu. Walaupun tidak seramai dan sepenuh stadion klub-klub di Jawa, Sumatera, atau Sulawesi, bahkan Papua, suasana meriah Stadion Parikesit selalu diingat para pemain.
Balistik adalah suporter kreatif dan fanatik Persiba yang menempati tribun utara Stadion Parikesit. Dari sisi tribun ini selalu ada gerakan atraktif, nyanyian, dan yel-yel untuk mendukung Persiba. "Balistik dukung kita sampai akhir. Mereka luar biasa," kata Dirkir, bek Persiba asal Liberia.