REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND -- Ibu dari salah satu pria yang tewas ditikam saat membela Muslimah di kereta api Portland, Oregon yaitu Taliesin Myrddin Namkai Meche mengatakan, anaknya adalah pahlawan. Saat itu, korban bersama dua pria lainnya mencoba melindungi dua orang Muslimah dari serangan kebencian.
Melalui akun Facebook miliknya, sang ibu mengatakan, anaknya adalah pahlawan dan bintang yang paling bersinar selamanya. Ia memberikan penghormatan atas tindakan berani Meche yang membela Muslimah tanpa mempedulikan perbedaan.
"Dia adalah pahlawan dan menjadi pahlawan untukku selamanya. Ia mampu membela tanpa memandang perbedaan yang memisahkan orang-orang, terima kasih," ujar sang ibu, dilansir BBC, Ahad (28/5).
Meche saat itu bersama dengan dua orang pria lainnya mencoba menenangkan pelaku penyerangan Muslimah di dalam kereta, tepatnya pada Jumat (26/5) lalu. Pelaku yang diidentifkasi sebagai Jeremy Joseph Christian dilaporkan sempat berteriak dan mengucapkan banyak kata-kata kebencian kepada dua perempuan Muslimah.
Salah satu kata-kata kebencian dari pelaku adalah dengan mengatakan bahwa semua umat Islam harus mati. Namun, selain itu juga berteriak dan mengatakan banyak hal lainnya yang terdengar seperti nada kesal dan marah-marah.
Meche dan dua pria lainnya yang mencoba membela Muslimah tersebut justru mendapat serangan brutal. Christian tiba-tiba menikam mereka dengan pisau yang saat itu dibawa olehnya.
Meche dan salah satu pria yang ikut membela Muslimah itu, Ricky John Best tewas akibat luka tusukan. Sementara ada satu pria lainnya yang terluka akibat diserang oleh Christian dan saat ini berada dalam penanganan rumah sakit.
Pelaku kemudian ditangkap sesaat setelah ia keluar dari kereta. Persidangan Christian akan digelar pada Selasa (30/5) besok dengan dakwaan kasus pembunuhan, percobaan pembunuhan, intimidasi, serta kepemilikan senjata untuk kejahatan.
Sementara itu, Wali Kota Portland, Ted Wheeler juga menyampaikan penghormatan terhadap tiga pria yang membela Muslimah. Ia mengatakan tindakan mereka harus menjadi contoh dan inspirasi bagi semua orang, khususnya yang berada di AS.
Ia juga sempat menuturkan bahwa keadaan di AS saat ini mungkin terpengaruh dari adanya iklim politik yang tidak sehat. Hal ini nampaknya menjadi sindiran Wheeler terhadap pemerintahan negara adidaya itu yang sejak 20 Januari lalu secara resmi dipimpin oleh Presiden Donald Trump.
"Iklim politik saat ini memungkinkan terlalu banyak ruang bagi mereka yang menyebarkan kefanatikan serta membenarkan tindakan itu," ujar Wheeler dalam sebuah konferensi pers.
Baca juga, Muslim Portland Galang Dana untuk Korban Tewas Pembela Remaja Muslimah.