REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- PBB melaporkan puluhan ribu warga sipil di beberapa bagian Mosul, Irak, harus berjuang mendapatkan makanan, air, serta obat-obatan. Hal tersebut sulit didapatkan warga sipil karena daerah yang masih dikuasai ISIS.
Koordinator Kemanusiaan PBB Lise Grande mengatakan, terdapat sekitar 200 ribu warga Mosul yang tinggal di belakang garis kekuasaan ISIS. Kondisi mereka kian terjepit karena peperangan antara ISIS dengan pasukan pemerintah yang masih berlangsung.
Menurut Grande, terdapat segelintir warga yang dapat melarikan diri dari wilayah atau titik yang dikuasai milisi ISIS. "Namun situasi mereka dramatis, termasuk kekurangan makanan, keterbatasan air, serta kekurangan obat-obatan yang parah," ungkapnya.
Ia mengatakan, di Mosul memang masih terdapat beberapa fasilitas kesehatan. "Tapi, kami tidak tahu apakah masih berfungsi," ujar Grande.
Hingga saat ini, PBB, kata Grande, masih terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah Irak guna melindungi warga sipil Mosul. "Kami telah diberi tahu evakuasi (warga) tidak diwajibkan. Jika warga sipil memutuskan untuk tinggal, mereka akan dilindungi oleh pasukan keamanan Irak," ujarnya.
Sedangkan, warga yang memilih untuk melarikan diri akan diarahkan ke jalur yang aman. Lokasinya akan berubah bergantung pada daerah mana yang sedang diserang dan dinamika di medan pertempuran.
Peperangan antara pasukan pemerintah Irak dan ISIS di Mosul telah memasuki bulan kedelapan. Pertempuran ini berlangsung lebih lama dibandingkan prediksi sebelumnya. Sekitar 700 ribu warga sipil di sana telah melarikan diri untuk mencari perlindungan, baik ke tempat sanak saudara di daerah lain maupun kamp-kamp pengungsi.