REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in meluncurkan penyelidikan atas adanya empat peluncur tambahan sistem pertahanan antirudal High Altitude Area Defense (THAAD). Sebelumnya, dilaporkan ada empat alat antirudal tersebut yang baru saja disebarkan di wilayah Semenanjung Korea.
Sistem canggih ini pertama kali disebarkan Korsel bersama dengan Amerika Serikat (AS) di Semenanjung Korea pada Maret lalu. Di wilayah itu selama ini terjadi ketegangan akibat adanya ancaman program nuklir Korea Utara (Korut).
Namun, pada awalnya hanya ada dua alat yang disebarkan militer AS. Karena itu, Moon Jae-in mengaku terkejut dengan adanya tambahan empat alat THAAD yang hendak ditempatkan tanpa persetujuan dan laporan terlebih dahulu kepada Pemerintah Korsel.
"Presiden Moon Jae-in terkejut dengan adanya empat alat peluncur THAAD tambahan yang dibawa masuk tanpa dilaporkan terlebih dahulu ke pemerintah," ujar juru bicara kepresidenan Yoon Young-chan dalam sebuah konferensi pers, Selasa (30/5).
Sebelumnya, sempat dilaporkan Presiden AS Donald Trump mengatakan Korsel harus membayar biaya tambahan untuk perangkat THAAD. Perangkat tambahan dari sistem canggih tersebut dikatakan adalah baterai.
Alat itu bertujuan meningkatkan kemampuan sistem dalam mencegah ancaman nuklir Korut. Namun, dibutuhkan uang senilai satu miliar dolar AS dalam pembuatannya.
Meski demikian, Pemerintah Korsel menekankan bersama dengan AS, kedua negara tetap menanggung biaya bersama THAAD. Berbagai keperluan tambahan sistem tersebut tetap akan dibagi.
Penyebaran THAAD selama ini telah mendapat kritik dari Cina. Negara itu menilai radar yang ada di dalam sistem itu dapat menembus teritori mereka. Bahkan, menurut Cina hal itu memungkinkan kegiatan militer mereka dapat dimata-matai.