REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Puluhan gerilyawan asing bertempur bersama dengan pendukung kelompok bersenjata ISIS untuk melawan pasukan pemerintah di wilayah selatan Filipina sepanjang pekan lalu. Gejala itu diduga adalah bukti daerah bergolak di Filipina tersebut dengan cepat menjadi pusat tujuan kelompok teroris di Asia.
Sumber intelijen Filipina mengatakan ada 400-500 petempur di kota Marawi, Pulau Mindanao, pada Selasa (30/5). Di antara mereka, 40 orang datang dari luar negeri, termasuk dari Timur Tengah. Sumber sama mengungkapkan, mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, satu dari Pakistan, satu dari Arab Saudi, satu dari Ceska, seorang dari Yaman, India, Maroko, dan Turki.
"ISIS menuju kehancuran di Irak dan Suriah, mereka merespons dengan menyebar ke Asia dan wilayah Timur Tengah lain. Salah satu area yang menjadi tujuan mereka adalah Asia Tenggara dengan Filipina sebagai pusatnya," kata Rohan Gunaratna, pakar keamanan di S Rajaratnam School of International Studies.
Banyak pejabat di Mindanao yang sudah memperingatkan kemiskinan, tidak tegaknya hukum, dan konflik perbatasan di area Muslim tersebut akan menjadi lahan subur bagi radikalisme Asia Tenggara, terutama pada saat gerilyawan ISIS terusir dari Irak dan Suriah.
Pertempuran di Marawi City adalah yang pertama di Asia Tenggara di mana ISIS berkonfrontasi langsung dengan pasukan keamanan dalam waktu lama. Pada tahun lalu, sejumlah petempur ISIS dari Asia Tenggara di Suriah merilis video yang mendesak agar para pengikutnya bergabung dengan perjuangan di wilayah selatan Filipina, alih-alih terbang ke Suriah.
Baca: TNI Kerahkan Kapal Selam Perkuat Perbatasan Indonesia
Pakar terorisme lain, Sidney Jones mengungkap beberapa pesan Telegram yang digunakan pendukung ISIS. Satu pengguna mengaku tengah berada di Marawi di mana dia menyaksikan tentara "lari seperti babi" dan "darah kotor mereka bercampur dengan mayat sesama."
"Hijrahlah ke Filipina. Pintu telah terbuka," kata pengguna lain.
Pertempuran di Marawi City dimulai dengan serangan tentara untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang terkenal karena banyak melakukan penculikan dan pengayauan orang kulit putih. Abu Sayyaf dan kelompok bersenjata Maute, dua-duanya sudah berbaiat kepada ISIS bertempur bersama di Marawi.
Mereka membakar sebuah rumah sakit dan sebuah katedral, serta menculik seorang pendeta Katolik. Menurut sebuah laporan intelijen yang didapatkan Reuters, pemerintah di Jakarta memperkirakan ada 38 warga Indonesia yang terbang ke Filipina untuk bergabung dengan afiliasi ISIS di sana.
Sekitar 22 di antara mereka turut bertempur di Marawi City. Namun demikian, sumber Reuters lain mengatakan angka sebenarnya bisa melampaui 40 orang. Sumber dari Densus 88, unit anti-terorisme Indonesia, menyatakan mereka meningkatkan pengawasan di kawasan utara Kalimantan dan Sulawesi untuk mencegah teroris pergi ke Filipina lewat laut.
Baca: Militer Filipina Desak Sisa Militan di Marawi Menyerah